PROLOG

733 Words
"Amma nggak mau tau, pokoknya bulan depan kamu harus nikah!" Ashraf menatap lekat wajah ibunya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Sudah lebih dari dua jam mereka membahas soal pernikahan. Memiliki wajah tampan, karir bagus, serta kehidupan yang mapan rupanya bukan jaminan pria itu bisa dengan mudah mendapatkan pendamping hidup. Ashraf Syafiq Elhaq adalah putra bungsu dari pasangan Yazied Elhaq Alaydrus dan Elma Shahab. Mereka merupakan keluarga Arab kaya raya yang terkenal menggeluti usaha di bidang properti, perminyakan serta perkapalan. Dalam waktu dekat ini, usia Ashraf akan memasuki angka 35 tahun. Jelas saja sudah sangat matang untuk membina sebuah rumah tangga. Tapi, bukannya segera mencari pendamping hidup, pria itu malah seperti sengaja menyibukkan diri dengan karirnya sebagai dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular. Hal ini yang membuat Nyonya Elma khawatir lantas memutuskan untuk ikut turun tangan. "Gimana caranya dalam waktu singkat Ashraf bisa dapat calon istri?" Wajah pria itu mendadak frustrasi. "Amma tau kamu nggak bakal sanggup," tebak Elma penuh yakin. "Itu sebabnya, Amma sudah sediakan calon istri yang sesuai kriteriamu." "Kriteria Amma, bukan Ashraf," protes pria itu. "Setidaknya Amma tau apa yang terbaik untuk anak Amma." Nyonya Elma kemudian mengambil sebuah amplop cokelat yang tergeletak di atas meja. Mengeluarkan isinya, lalu menyodorkan kepada Ashraf. "Namanya Chava Aleea Marwa. Dia putri almarhum Aunty Maryam Alattas. Dan yang paling penting, Chava masih keturunan Arab Ba'alawi. Amma rasa dia sepadan denganmu." Ashraf menarik napas panjang hingga kedua bahunya terangkat dramatis. Memperhatikan dengan seksama foto yang ada di tangan kanannya. Untuk urusan bibit, bebet, bobot, ibunya memang selektif dan nomor satu. Kenyataan terlahir sebagai keturunan Arab Alawiyyin, membuat Ashraf tidak bisa serta merta dengan bebas memilih calon pendamping. "Amma .... " suara Ashraf melemah. "Ashraf nggak tau siapa wanita ini. Apa nggak sebaiknya kami berdua diberi waktu untuk saling mengenal terlebih dahulu?" Ashraf mencoba untuk memberikan pengertian kepada sang ibu. Wanita tua itu memang terkenal keras kepala. Apa yang sudah menjadi titahnya, suka tidak suka harus segera dilaksanakan. "Itu urusan gampang, Ash. Kalian bisa saling mengenal satu sama lain setelah menikah." "Tapi, Amma ---" "Nggak ada tapi-tapi," potong Elma dengan cepat. Ia tidak memberikan kesempatan pada Ashraf untuk melayangkan protes lagi. "Kamu harus nikah sama Chava. Kalau nggak suka sama pilihan Amma, silahkan bawa calon istri sendiri. Tapi perlu diingat, Amma nggak akan pernah restui kalau wanita itu bukan berasal dari garis keturunan yang sama. Seperti Tsania, contohnya. Sampai kiamat, Amma nggak akan pernah restui dia jadi istrimu." Ashraf meneguk saliva-nya dalam. Ancaman sang ibu kali ini tidak main-main. Lantas, apa yang bisa ia lakukan selain pasrah menuruti apa yang sudah diperintahkan. **** Di tempat yang jauh berbeda, seorang wanita muda kini tengah berkumpul di meja makan. Mendengarkan dengan seksama perbincangan serius antara ayah dan anggota keluarga lainnya. Dia adalah Chava Aleea Marwa. Seorang wanita yang berprofesi sebagai perancang busana. Hanya karena kepentingan tertentu, Chava harus rela menjadi tumbal sang ayah untuk dijodohkan. Mau menolak? Mana mungkin bisa. Ia tidak punya kuasa di sini. Lebih-lebih ada alasan yang membuatnya mau tidak mau, suka tidak suka harus tetap menerima. "Dua minggu lagi acara pertunanganmu. Lalu dua minggu kemudian, kalian akan melangsungkan pernikahan. Abi harap, kamu mempersiapkan diri untuk bertemu calon suami beserta keluarganya." Ahmed kembali mengingatkan. Chava mengangkat wajahnya. Menatap ayah dan ibu tirinya bergantian. Lalu tak berapa lama berkata-kata. "Kenapa Chava yang harus menikah dengan pria itu, Bi? Kami berdua bahkan nggak saling kenal." Di posisi duduknya, nyonya Karin turut penasaran kemudian ikut bertanya. "Iya, Bi. Kalau dipikir-pikir, kenapa nggak jodohkan Alina atau Alana saja dengan dokter Ashraf? Mereka juga syarifah seperti Chava." "Karena Alina dan Alana bukan anak Maryam," sahut Ahmed. "Dari dulu, sudah diputuskan, hanya Chava yang akan menjadi pendamping anak Elma, begitupun sebaliknya," ucap pria itu penuh penekanan. Tatapannya kini kembali beralih pada Chava. "Nggak ada penolakan, Chava. Kamu tau sendiri apa konsekuensinya kalau membantah," ancam Ahmed. "Lagi pula, dengan menjadi menantu keluarga Elhaq, kamu bisa membantu Abi memuluskan semua rencana kita selama ini." Chava memaku tatapan Ahmed. Ia lantas menggelengkan kepala berkali-kali. "Kita? Ini murni rencananya Abi. Chava nggak tau apa-apa di sini." "Ya memang benar," jawab pria itu. "Ini semua rencana Abi. Anggap saja kamu melakukannya untuk Umi-mu. Jadi, sebagai seorang anak, bergunalah sedikit." Detik berikutnya Ahmed beranjak bangkit. Pria itu pergi meninggalkan Chava yang hanya bisa terduduk diam. Sudah dipastikan tidak ada pilihan selain menerima apa yang sudah ayahnya putuskan. *** . . Judul : Unpredictable Marriage Penulis : Novafhe
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD