Chapter 1 - Sang Pencuri Hati

1861 Words
Dahi mulus Elena Arendea langsung mengerut seketika dirinya mendengar bunyi kegaduhan yang asalnya dari dalam rumahnya. “Suara berisik-berisik apa itu?” ucapnya seraya berjalan cepat memasuki rumahnya. Elena, yang baru saja pulang dari tempat kerjanya, langsung membulatkan kedua mata indahnya seketika dirinya melihat Gerald Ivander, ayah kandungnya, yang sedang terbujur tak berdaya di atas lantai rumahnya yang dingin. Dengan langkah cepat, Elena langsung menghampiri ayahnya, “Ayah?!” Wajah renta Gerald nampak babak belur. Hidungnya yang mancung itu terlihat mengeluarkan darah segar. Gerald terdengar sesekali meringis kesakitan sambil terus memegangi perutnya, tak kuasa menahan rasa sakit yang kian menjalari sekujur tubuhnya. Tak jauh di dekatnya, terdapat dua orang laki-laki bertubuh kekar nan tinggi besar, laki-laki yang juga memukuli Gerald dengan amat membabi buta tadi. “Pergi sana!” bentak Elena seraya menatap kedua laki-laki berwajah garang itu dengan tatapannya yang terlihat amat berapi-api, sudah tak peduli lagi meskipun tubuh mereka jauh lebih besar daripada tubuh Elena. Padahal dua orang laki-laki bertubuh kekar itu pasti akan bisa melempar dan menghempaskan tubuh mungil Elena dengan mudahnya. Elena lanjut bicara pada Gerald seraya menatapnya dengan tatapan yang terlihat amat khawatir dan panik, “Ayah?! Ayah tidak apa-apa, kan?!” Gerald tersenyum tipis, “Ayah tidak apa-apa, Elena ..” Kyra Arendea, ibu kandung Elena, yang sedaritadi hanya duduk di pojok ruangan seraya terus menangis, akhirnya angkat bicara. “Elena ..” lirihnya dengan raut wajah yang terlihat amat nanar. Elena menghampiri ibunya setelahnya. “Ibu? Ibu kenapa, bu? Kenapa orang-orang itu memukuli ayah? Memang ayah salah apa, bu?” ucapnya khawatir seraya memegangi bahu ibunya yang nampak amat bergetar. Belum sempat Kyra menjawab pertanyaan putri semata wayangnya itu, dua orang laki-laki bertubuh kekar itu sudah keburu memukuli Gerald lagi. Emosi seketika kian memuncak dalam benak Elena begitu dirinya melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana tubuh renta ayahnya dipukuli habis-habisan. Rintihan dan erangan kesakitan terus lolos dari bibir Gerald. Dengan cekatan, Elena langsung melindungi tubuh ayahnya. “Stop! Berhenti! Berhenti sekarang juga atau aku akan memanggil polisi?!” ancamnya dengan raut wajah yang terlihat amat emosi. Tak selesai sampai di situ, Elena lanjut membentak dua orang laki-laki bertubuh kekar itu lagi setelahnya. Rasa takut sepertinya benar-benar sudah lenyap dari dalam dirinya. “Kalian sudah tidak waras, ya?! Memangnya apa salah ayahku sampai-sampai kalian tega memukulinya seperti ini?! Kalian sudah tidak punya otak, hah?!” bentak Elena kesal. Dengan langkah yang terlihat amat gemetar, Kyra beranjak menghampiri putri semata wayang dan suaminya setelahnya. Kyra menatap Elena nanar, “Berhenti, Elena .. Biar ..” Kyra terdiam sejenak sebelum kembali bicara, “Biarkan mereka memukuli ayahmu ..” Elena langsung terkejut. “Apa? Ibu bicara apa sih? Mereka sedang memukuli ayah, bu! Kenapa ibu malah diam saja seperti ini?!” bentaknya kesal. Gerald lanjut bicara, “Benar kata ibumu, Elena .. Biarkan mereka memukuli ayah ..” Gerald tersenyum getir, “Semua ini memang kesalahan ayah dan ibu .. Biarkan ayah yang menanggung akibatnya ..” Gerald beralih menangkupkan wajah cantik putri semata wayangnya itu dengan tangan kanannya yang terlihat sedikit berlumuran darah,  “Pergi sekarang Elena, bawa ibumu .. Biar ayah yang menanggung semuanya ..” Elena langsung menggeleng. “Tidak! Aku tidak akan meninggalkan ayah apapun yang terjadi!” ucapnya dengan wajah yang terlihat amat memerah dan mata yang telihat amat berkaca-kaca. Elena menatap wajah renta kedua orangtuanya bergantian seraya tersenyum getir, “Bahkan .. bahkan aku rela mati demi ayah dan ibu ..” “Elena .. Jangan seperti ini ..,” lirih Kyra seraya mengelus perlahan rambut panjang nan tebal milik Elena. Tiba-tiba, suara seorang laki-laki yang terdengar amat berat nan sedikit parau terdengar setelahnya. “Elena Arendea?” ucap laki-laki itu seraya terus menatapi Elena dengan tatapan kedua matanya yang terlihat amat intens nan serius. Elena terdiam sejenak memperhatikan wajah tampan laki-laki itu setelahnya. Rambut tebalnya berwarna coklat gelap—sangat gelap hingga terlihat nyaris seperti berwarna hitam. Tubuhnya tinggi semampai, dan berbeda dengan dua orang laki-laki yang barusan memukuli ayah Elena, tubuhnya tidak terlalu kekar namun juga tidak terlalu kurus. Otot-ototnya terlihat pas dan nampak terbentuk sempurna dari balik kemeja hitam polos yang dikenakannya. Alisnya terbentuk rapih nan tebal. Kedua matanya yang berwarna coklat terang itu nampak tak pernah berhenti menatapi wajah cantik Elena dengan tatapannya yang terlihat amat intens nan serius. Batang hidungnya terlihat amat mancung bak patung-patung khas Dewa Yunani, garis rahangnya yang tirus itu terlihat amat tajam nan terpahat sempurna. Kulitnya tidak terlalu pucat, namun juga tidak terlalu gelap. Jika diperhatikan dengan saksama, nampaknya laki-laki ini berasal dari Spanyol atau Italia. Dahi mulus Elena langsung mengerut. “Siapa kamu?” ucapnya seraya menatap balik wajah tampan laki-laki itu dengan tatapan super sinisnya. Laki-laki itu, Alberto Romani, beranjak membuang puntung rokoknya dengan santai ke atas lantai rumah Elena lalu berjalan perlahan mendekati Elena setelahnya. Alberto berlutut persis di depan Elena, kedua matanya tak pernah berhenti memandangi wajah cantik Elena barang untuk sedetik pun. “Sudah sekian lama aku menunggu kamu, Elena ..,” ucapnya serius. Alberto beralih menangkupkan wajah cantik Elena dengan tangan kanannya lalu mengelus perlahan pipi mulusnya setelahnya, “Akhirnya aku bisa melihat langsung wajahmu yang cantik ini, Elena ..” Elena langsung menepis tangan Alberto dari wajahnya dengan kasar. “Jangan menyentuhku!” bentaknya dengan raut wajah yang terlihat amat emosi. Bukannya merasa kesal, Alberto hanya memandangi wajah cantik Elena seraya terus menyeringai bak seekor serigala buas yang siap menyerbu mangsanya. Tanpa merasa takut sama sekali, Elena Arendea langsung menampar pipi mulus Alberto Romano seraya menatapnya dengan raut wajah yang terlihat amat berapi-api. “Orang-orang ini pasti suruhanmu, kan?! Kamu pikir siapa dirimu berani-beraninya menyuruh mereka untuk memukuli ayahku, hah?!” bentaknya yang merasa amat emosi. Alberto malah menyeringai lebar. “Kamu yakin ingin mengetahui siapa diriku, hm?” ucapnya seraya menangkupkan wajah cantik Elena dengan satu tangannya dan mengelus perlahan pipi mulusnya dengan ibu jarinya. Entah mengapa, anehnya, sekujur tubuh Elena malah bergetar seketika. Elena merasakan sebuah getaran yang terasa begitu asing dan aneh—seketika dirinya merasakan sentuhan jari-jari tangan Alberto yang terasa amat lembut di wajah cantiknya. Elena langsung menggeleng. ‘Tidak, laki-laki kurang ajar ini tidak boleh melihatku seperti ini,’ benaknya.      Elena kembali membentak Alberto dengan kasar, “Iya! Aku ingin tahu siapa dirimu! Kamu pasti tidak lebih dari seorang lintah darat yang kegemarannya hanya memeras uang orang lain saja, iya kan?!” Alberto tersenyum sinis, lalu beralih bicara pada ayah kandung Elena seraya menatapnya tajam. “Beritahu putrimu yang cantik dan kurang ajar ini siapa diriku, Gerald,” ucapnya. “Siapa laki-laki sialan ini, ayah?!” bentak Elena pada ayahnya. Gerald, ayah kandung Elena, terdiam sejenak sebelum kembali bicara, “Dia Alberto Romano, Elena .. Ayah dan ibu berhutang banyak dengannya ..” Elena langsung tersenyum miring, “Ck, apa aku bilang? Kamu hanya seorang lintah darat yang sukanya memeras uang orang lain!” Alberto hanya menyeringai lebar. Bukannya membela anak dan suaminya, Kyra, ibu kandung Elena, tiba-tiba malah langsung membentak Elena. “Cukup, Elena!” bentaknya kasar. “Ibu ..,” ucap Elena dengan raut wajahnya yang terlihat amat tertegun kaget. Seringai di wajah tampan Alberto melebar. Ibu kandung Elena menghela napas sejenak. “Kami memang berhutang banyak dengan Alberto, Elena. Hari ini merupakan batas waktu terakhir yang diberikan Alberto untuk melunasi semua hutang-hutang kami, tapi ayah dan ibu belum mampu melunasinya bahkan sampai detik ini ..,” ucapnya seraya menatap wajah cantik Elena nanar. Elena tersenyum kecut. “Kenapa ayah dan ibu tidak pernah menceritakannya padaku sebelumnya? Kenapa baru sekarang ibu menceritakannya, padaku? Apakah aku harus melihat ayah meregang nyawa dulu baru ibu mau menceritakannya padaku?” lirihnya. “Maaf, maafkan kami, Elena .. Kami hanya tidak mau membuatmu khawatir ..,” ucap ibu kandung Elena seraya memegangi kedua lengan Elena dengan tatapannya yang terlihat amat nanar. “Maafkan kami yang tak pernah mampu membahagiakanmu, Elena ..,” sambung Gerald, ayah kandung Elena, seraya sesekali meringis dan menahan rasa sakit yang kian menjalari sekujur tubuh rentanya. Dengan sigap, Elena langsung mengeluarkan dompet dan ponselnya dari dalam saku celana kerjanya. “Berapa total semua hutang ayah dan ibuku? Aku akan segera melunasinya hari ini juga,” ucapnya pada Alberto dengan raut wajahnya yang terlihat amat dingin. Alberto tersenyum miring. “Aku yakin, kamu pasti tidak akan mampu melunasinya, Elenaku yang cantik ..,” ucapnya seraya mengelus perlahan rambut panjang nan halus milik Elena. Reflek karena terlalu terbawa emosi, Elena langsung menampar pipi mulus Alberto, lagi. Pipi mulus laki-laki tampan asal Italia itu memerah padam seketika. “Aku kan sudah bilang padamu sebelumnya, jangan menyentuhku! Kamu sudah tuli ya?!” bentak Elena yang merasa amat emosi. Alberto menatap Elena tajam. ‘Aku bersumpah akan membuatmu terbuai dalam bekapan dan belaian tanganku suatu saat nanti, Elena,’ benaknya. Alberto beranjak bangkit berdiri setelahnya. “Tidak, aku tidak akan memberikan kalian tambahan waktu lagi,” ucapnya dengan tatapan super dinginnya. Alberto lanjut bicara pada ayah kandung Elena seraya menatapnya dengan raut wajah yang terlihat amat datar namun juga terlihat begitu penuh dengan emosi. “Putrimu yang cantik ini sudah membuat kesabaranku habis, Gerald,” ucapnya. Namun rupanya Elena Arendea masih sama sekali tak mempedulikan ucapan seorang Alberto Romano. “Ayah, ibu, kalian tenang saja. Ayah dan ibu tidak usah khawatir, aku pasti bisa melunasi semua hutang-hutang ayah dan ibu. Aku janji,” ucapnya seraya tersenyum tipis, mencoba sebisa mungkin untuk terus menenangkan hati ayah dan ibunya. Tangis ibu kandung Elena malah semakin menjadi-jadi. “Elena ..,” lirihnya dengan wajah yang terlihat kian memerah. Hati Elena terenyuh seketika. “Ibu .. Jangan seperti ini, bu, kumohon ..,” lirihnya seraya memegangi kedua lengan ibunya. Ayah kandung Elena lanjut bicara. “Maafkan kami, Elena ..,” ucapnya dengan raut wajah yang terlihat amat bersalah. Dahi mulus Elena langsung mengerut. “Apa maksud ayah?” ucapnya bingung. Elena terdiam sejenak untuk berpikir. “Ayah dan ibu .. menggadaikan sesuatu pada lelaki sialan ini?” tanyanya penasaran. Ayah dan ibu kandung Elena tak menjawab, hanya terdiam membatu di tempatnya sambil terus menatapi wajah cantik putri semata wayangnya dengan tatapan yang terlihat amat bersalah. Elena lanjut bicara, “Apa yang ayah dan ibu gadaikan? Rumah kita?” “Elena ..,” lirih ibu kandung Elena yang tangisnya malah terlihat tambah menjadi-jadi dibandingkan dengan sebelumnya. Elena menatap wajah renta ibunya dengan tatapan yang terlihat amat iba, “Jangan menangis, bu. Aku sama sekali tidak apa-apa kalau harus hidup terlunta-lunta di jalanan asalkan bisa selalu bersama dengan ayah dan ibu ..” Ayah kandung Elena kembali bicara seraya menggeleng perlahan. “Bukan, Elena, bukan rumah kita yang jadi jaminannya ..,” ucapnya dengan raut wajah yang terlihat amat bersalah. “Lalu?” tanya Elena yang telihat tambah penasaran. Alberto berlutut persis di samping Elena dan kembali bicara setelahnya. “Kamu, Elena. Kamu jaminannya,” ucapnya seraya menyeringai nakal dan menangkupkan wajah cantik Elena dengan satu tangannya. Elena langsung terkejut, “Apa .. apa yang barusan kamu bilang?” Seringai nakal di wajah tampan Alberto melebar, “Kamu akan ikut dan tinggal bersama denganku setelah ini, Elena sayang ..” Sebuah tangga seolah-olah langsung runtuh dan menimpa kepala Elena. ‘Tidak, ini tidak mungkin terjadi. Ini pasti hanya mimpi buruk,’ benaknya getir. ♥♥TO BE CONTINUED♥♥
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD