bc

MEET ME HERE

book_age0+
830
FOLLOW
6.6K
READ
drama
sweet
EXO
like
intro-logo
Blurb

???

Kecelakaan yang menimpa Lidya membuat ia harus tinggal di Rumah Sakit dan merawat suaminya yang sedang koma. Pernikahannya baru berjalan beberapa jam yang lalu tapi Tuhan menuliskan takdir lain dalam hidupnya.

???

Rumah Sakit menjadi saksi bisu pertemuan Abi dan Lidya. Menjadi saksi bisu kisah mereka dan menjadi saksi bisu perpisahan mereka.

???

"Alasannya hanya satu, Lid. Tuhan kita satu tapi kita yang beda!" ? Abimanyu Alkhatiri.

"Jika suatu saat nanti kita bertemu lagi, anggaplah Tuhan sedang berbicara kepadamu. Dia sedang menunjukkan kalau perbedaanlah yang membuat kita satu." Lidya Agnesia.

chap-preview
Free preview
MMH #1
Sedetik aku menatap wajahmu. Sedetik itu pula aku ingin merengkuhmu. Meyakinkanmu bahwa aku ada untukmu. Seorang laki-laki tampak sedang mendorong sebuah kursi roda. Mengitari area taman sebuah rumah sakit ternama di Surabaya. Laki-laki itu sesekali menghentikan langkahnya sambil menciumi pucuk kepala wanita yang sedang duduk dikursi roda itu. "Aku capek, Bi!" rengeknya saat tiba disebuah ujung taman. Abimanyu Alkhatiri, laki-laki berusia 27 tahun itu tersenyum lalu menghentikan kursi roda di pinggir taman. Ia pindah posisi dan kini duduk jongkok didepan sang wanita yang tampak berwajah pucat namun tetap terlihat cantik dengan hijabnya. "Mau balik ke kamar?" tawar Abi, sapaan akrab Abimanyu. Wanita itu menggeleng pelan membuat kening Abi mengernyit. "Katanya capek?" Salwa Auliyah, istri dari Abi. Wanita berumur 22 tahun itu tampak menampilkan raut wajah sendu. "Aku capek kayak gini terus. Kapan aku bisa sembuh?" lirih Salwa. Abi tersenyum lalu tangannya menangkup pipi kiri Salwa, mengusapnya dengan penuh kasih sayang. "Jangan ngomong kayak gitu, jangan membuatku takut," Salwa tersenyum bersamaan dengan buliran airmatanya yang terjatuh. "Maafin aku, Bi. Kita menikah udah 2 tahun tapi aku nggak bisa kasih kamu anak---" "Ssssst." Telunjuk Abi menempel di bibir pucat Salwa. Abi menggeleng pelan. "Bukan itu yang aku inginkan saat ini. Melihatmu selalu tersenyum adalah impianku. Mendengar suara merdumu saat melantunkan ayat suci Al-Qur'an itu merupakan anugrah terindah bagiku. Itu semua adalah hadiah terindah dari Allah." Salwa ikut tersenyum walau airmata tak henti-hentinya menetes. Berkali-kali Abi menyeka air bening itu dari kedua pipi Salwa. "Janji ya sama aku, kamu nggak akan ninggalin aku!" pinta Salwa. "Tanpa kamu mintapun, aku udah berjanji. Apapun keadaan kamu, aku akan selalu disini. Ingat, aku selalu disini," Abi meletakkan telapak tangannya ke dada Salwa. Salwa kembali menitikkan airmatanya dan langsung memeluk laki-laki itu. "Makasih, Bi. Kamu satu-satunya yang aku punya di dunia ini!" ungkap Salwa. Abi membalas pelukan itu. Sungguh ia ingin sekali melihat Salwa bangun dari kursi rodanya, bisa menggenggam jemari Salwa dan melangkah bersama. Tapi sepertinya keinginan itu harus ia kubur dalam-dalam. Andai saja 2 setengah tahun yang lalu ia tidak membuat kesalahan, mungkin keadaannya tak seperti ini. Salwa bisa menggunakan kedua kakinya untuk berjalan dan mungkin saat ini sudah ada seorang anak dalam gendongan Salwa. Abi bukan menyesali tentang pernikahannya dengan Salwa tapi ia menyesali kejadian yang menimpa Salwa. Dan mulai saat itu, ia berjanji akan menjadi teman hidup untuk Salwa dan mendampingi Salwa. "Selamat ya, Sayang!" ucap seorang wanita paruh baya sambil memeluk seorang wanita yang tampak sedang memakai gaun pengantin. "Makasih, Mi!" sahut wanita itu sambil tersenyum riang. "Semoga Tuhan memberkati!" lanjut wanita itu. Tatapannya kini beralih ke seorang laki-laki yang memakai setelah jas putihnya. Tangannya tampak mengait di pinggang ramping pengantin wanita. "Semoga bahagia!" "Makasih, Mi!" sahutnya dengan suara beratnya. Hari ini adalah hari pernikahan Davin Brainard dan Lidya Agnesia. Pernikahan mereka dilakukan di salah satu Gereja terbesar di kota Surabaya. Davin menggenggam jemari Lidya dan membawanya keluar dari Gereja. Didepan Gereja sudah ada sebuah mobil yang menunggu. Hari ini mereka berencana terbang ke London untuk honeymoon sekaligus mengadakan resepsi pernikahan disana.Karena keluarga besar Davin sebagian ada yang tinggal di London. Davin membuka pintu mobil untuk Lidya dan mempersilahkan wanita pujaannya untuk masuk terlebih dahulu. Baru setelah itu Davin menyusul masuk dan duduk disebelah Lidya. "Are you ready, Baby?" tanya Davin sesaat setelah mengecup punggung tangan Lidya. Lidya terkekeh kecil dan wajahnya tampak merona akibat perlakuan manis Davin. "Ready, Mister!" sahutnya malu-malu. Mobil mewah itu melaju perlahan meninggalkan area Gereja. Ada hiasan bunga dibody mobil hitam itu. "Bisa sedikit tambah kecepatan?" perintah Davin pada sopirnya setelah ia melirik jam tangannya. "Baik, Tuan!" sahut sopir sambil mengangguk dan menambah kecepatan laju mobilnya. "Pelan-pelan aja, Pak!" Lidya mengingatkan. "Tidak apa-apa, Baby. Aku sudah tidak sabar menyantapmu malam ini!" ucap Davin pelan membuat bulu kuduk Lidya meremang dan wajahnya memerah karena malu. "Bisa nggak ngomongnya nggak vulgar kayak gitu?" protes Lidya. Davin terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. "Kamu terlalu manis untuk dilewatkan, Baby!" Bibir Lidya semakin mengerucut membuat Davin gemas dan tiba-tiba menangkup sebelah pipi Lidya, mengecup bibir merah itu sekilas. "Aaa, apaan sih kamu. Aku kan malu!" pekik Lidya sambil memukul pelan dada Davin. Davin semakin terkekeh dan langsung memeluk Lidya. "Bisa lebih cepat tidak?" protes Davin dan sopir hanya mengangguk. Kecepatan mobil semakin bertambah. Davin yang sudah tidak sabar ingin segera menyerang Lidya. Sementara Lidya sendiri tampak ketakutan karena laju mobil yang mereka kendarai sepertinya diatas batas rata-rata. Mobil mewah itu memasuki jalan tol dan kecepatan semakin bertambah saat jalanan terlihat lengang. Lidya semakin was-was dan sesekali ia melirik kearah luar kaca mobil. "Dave, bisa nggak sih pelanin sedikit mobilnya?" protes Lidya. "Kita udah ditunggu di Bandara, Baby. Kita sedikit terlambat. Tidak apa-apa, Baby. Ada aku disini!" Davin mencoba menenangkan kepanikan Lidya dengan memeluk tubuh mungil wanita itu dan sesekali mencium pucuk kepalanya. Tapi rasa panik Lidya semakin menjadi. "Dave, aku kebelet pipis!" rengeknya membuat Davin mendesah kecewa. Ia kembali melirik jam tangannya. "Kita ke rest area sebentar!" ucapnya singkat. "Baik, Tuan!" Mobil berbelok dan masuk ke rest area. Lidya yang tak bisa menahan lagi rasa mulasnya langsung bergegas keluar sementara Davin memilih menunggu di dalam mobil. Banyak sekali beberapa pasang mata mengamati Lidya. Mereka tampak heran ada seorang pengantin wanita nyasar ke toilet umum. Lidya sama sekali tak mempedulikan pandangan aneh dari sekitarnya. Ia hanya ingin segera menuntaskan masalahnya. Keluar dari toilet dengan perasaan lega. Ia mengelus perutnya sambil melangkah menuju mobil Davin. Tapi baru beberapa langkah, kedua matanya terbelalak saat melihat sebuah truk muatan melaju kencang masuk ke rest area. Lidya sempat mundur beberapa langkah tapi ia dibuat terkejut saat truk itu tidak berhenti juga dan malah menabrak sebuah mobil yang terparkir didepannya. "DAVE!!!" teriak Lidya saat kepala truk itu menghantam mobil Dave hingga mobil mewah itu tergencet dan hampir remuk. "DAVE! DAVE!!" teriak Lidya lagi. Keadaan ramai seketika dan orang-orang berkerumun. Lidya berlari menghampiri Dave yang masih berada didalam mobil maut itu. Ia melongok kedalam dan mendapati Dave terluka parah. Darah mengalir dari hidung dan mulutnya. "DAVE!!!!" teriak Lidya lagi sebelum tubuhnya ambruk dan ditahan oleh beberapa orang yang ikut berkerumun menyaksikan kejadian naas itu. "PANGGIL AMBULANCE!!" Abi mendorong kursi roda Salwa menyusuri lorong Rumah Sakit. Setelah mengobrol di taman Rumah Sakit, Abi membawa Salwa berkeliling Rumah Sakit. Tinggal di Rumah Sakit beberapa bulan membuat Salwa merasa bosan dan Abi selalu ada cara untuk mengusir kebosanan Salwa. Tiba-tiba Abi menghentikan laju kursi rodanya saat ia mendengar suara gaduh dari arah berlawanan. Salwa mendongak, menatap Abi. "Ada apa itu, Bi?" tanya Salwa dengan nada panik. "Nggak apa-apa, Sayang. Paling ada orang kecelakaan!" jawab Abi sambil menatap beberapa suster yang tampak berlarin. Tak lama kemudian beberapa suster membawa seorang laki-laki yang tampak berlumuran darah, mendorong brankar masuk ke dalam ICU. Pandangan mata Abi beralih menatap wanita yang mengenakan gaun pengantin sedang menangis meraung meneriakkan nama Dave. Kecantikan wanita itu mampu membuat Abi membeku ditempatnya. Apalagi dengan gaun pengantin warna putih yang membalut tubuh mungilnya. Abi menelan salivanya pelan saat menatap wanita yang berdiri bersandar di pintu ruang ICU. Entah kenapa hatinya ikut sakit menyaksikan kejadian itu. Apalagi melihat wajah cantik itu yang dipenuhi dengan airmata. "Bi, balik yuk. Aku takut!" Salwa memegang lengan Abi sambil mendongak menatapnya. Abi tersadar dan mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia beralih menatap Salwa yang tampak ketakutan. "Oke. Kita balik ke kamar!" Abi memutar kursi roda Salwa dan berniat membawa Salwa kembali ke kamarnya. Tapi ia menoleh kebelakang, menatap wanita berbaju pengantin itu. Ada perasaan aneh saat ia menatap wajah cantik itu. Entah kenapa Abi merasa iba dan ingin sekali ia menenangkan wanita itu. Tapi ia tidak lupa dengan posisinya saat ini. Abi menghela nafas panjang dan melangkah cepat meninggalkan area ICU. Sbya, 21 Mei 2018 ayastoria

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
288.4K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.1K
bc

Marry Me If You Dare

read
222.8K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.9K
bc

Bad Prince

read
508.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook