bc

Beauty And The Boss

book_age18+
2.2K
FOLLOW
20.9K
READ
arrogant
badgirl
boss
comedy
sweet
bxg
humorous
office/work place
enimies to lovers
seductive
like
intro-logo
Blurb

“Naya, ambil dokumen ke bagian kreatif. Siang ini harus ada di meja saya.”

“Baik, Pak.”

“Naya, selesaikan perizinan acara talk show yang akan kita garap minggu depan.”

“Baik, Pak.”

“Naya, besok pagi datang lebih awal dan cari berkas tahunan di laci arsip.”

“Siap, Pak.”

“Naya, kamu harus jadi istri saya.”

“Siap, Pak. Eh? Eh?”

Argata Sanskara tersenyum puas mendengar jawaban spontan dari seorang gadis menyebalkan yang selalu melawan segala perintahnya saat di kantor. Seorang staf baru yang dimutasi ke divisinya. Ainaya Sasikirana. Gadis itu terperangah hebat sembari menutup mulut dan kedua bola mata membesar menatap atasannya.

“Bapak bercanda, kan?”

Arga mendekati gadis itu dan memajukan wajahnya hingga beberapa senti lagi hidung mereka bersentuhan.

“Saya tidak pernah bercanda dengan perkataan yang sudah keluar dari bibir saya. Mau merasakannya?"

Ainaya terdiam di tempat. Bosnya sudah tidak waras.

---

Cover by Papong Design

©Andarihello2022

chap-preview
Free preview
1. Ainaya Sasikirana
“Siap, Pak.” Naya keluar dari ruangan kepala staf produksi seraya membawa dokumen tebal di tangannya. Setelah mengurus beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan hari itu juga, gadis dengan rambut panjang yang diikat kuda itu berjalan elok melewati beberapa ruangan untuk mencapai mejanya sendiri. Kibasan ujung rambut itu sungguh indah. Tidak ada drama rambut bercabang yang menyebalkan. Naya adalah gadis yang menjunjung tinggi mahkota perempuan itu dengan tinggi. Suara ketukan sepatu hak tingginya terdengar sangat indah. Mengalun selaras seperti detak jarum jam. “Cie, yang dapet promosi. Mukanya cerah amat, kayak bayi yang jadi opening teletubbies,” ujar Renata, sang sobat karib. Perempuan rambut sebahu itu menatap Ainaya dengan mata memicing penuh godaan. Kacamatanya dinaik turunkan untuk menggoda sang sahabat lebih serius. Meski yang sedang digoda tidak menampilkan raut apa pun. Hanya berjalan melewatinya seperti biasa. Naya menghela napas lelah. Renata adalah orang yang paling mengganggu, namun paling ia sayang juga. Teman yang menemani ketidakwarasannya selama ini. “Kenapa harus bayi yang jadi opening teletubbies, sih perumpamaannya? Kan ada banyak. contohnya ..., muka lo cerah banget kayak abis cek rekening pas tanggal muda.” Ainaya Sasikirana atau yang lebih akrab dipanggil Naya itu menyengir lebar. Gadis dengan pembawaan heboh dan terkenal dengan kecantikan wajah namun tidak dengan mulutnya itu berjibaku dengan beberapa lembar kertas di atas meja. Wajah dengan hembusan napas lelah itu sudah tidak ada lagi. Menghilang saat kepalanya membayangkan nominal gaji yang akan bertambah di rekeningnya setelah ini. “Dih, songong banget. Mentang-mentang bakal naik gaji, yang diomonginnya duit, ya sekarang,” sinis Renata. Naya hanya terbahak kencang saja sambil berkutat dengan laptopnya. Jari-jari tangannya menari di atas keyboard. Membuat bunyi ketikan itu memenuhi ruangan. Ia akan mencetak beberapa salinan yang diminta kepala tim kreatif. “Nay, kita pisah dong, ya sekarang kerjanya.” Bibir Renata mencebik. Gadis itu memeluk Naya dari belakang. Membelitkan lengannya di pinggang ramping Ainaya. Tidak lupa juga Renata menggelitiki perut Naya hingga gadis itu menggeliat tidak nyaman. “Dih, homo lu, peluk-peluk. Lepasin, ah, enggak enak diliat yang lain,” balas Naya dengan memukul pelan tangan sang sahabat. “Bego, kalo cewek sama cewek itu disebutnya lesbi, bukan homo.” Renata mengusap lengannya yang dipukul Naya menggunakan gulungan buku. “Pak Nara kok malah narik elo buat pindah divisi, sih? Padahal elo bego, ya Nay. Aneh emang kadang hidup tuh.” “Sabar, sabar. Orang sabar jodohnya deket.” Naya mengurut dadanya dengan mata tajam menatap Renata yang kembali berkutat di hadapan komputer. Pekerjaannya harus segera selesai hari ini juga. Ia tidak sabar untuk pindah ruangan. “Jodoh, jodoh, makan tuh Ardi,” ucap Renata dengan penuh kekesalan. “Udah dibilangin tuh cowok enggak bener. Masih aja tetap dibela. Baru nyaho, kan elu akhirnya diselingkuhin.” Ainaya diam tidak membalas. Gadis dengan riasan cantik itu mengabaikan perkataan sahabatnya yang mengorek luka lama kembali yang sudah berusaha ia sembuhkan. Untung Renata. Jika orang lain yang berbicara kepadanya seperti itu, maka tidak ada kata selamat sehabis pulang kantor. Jika tidak ban mobil orang itu yang akan kempis, maka meja kerjanya yang akan Naya isi dengan beberapa sampah besok pagi. Sungguh mulia sekali isi hati perempuan cantik itu. “Naya sayang, Naya unyu, Naya cantik. Kalo ada cowok yang deketin elo, tolong konfirmasi dulu ke gue, oke? Jangan asal sat set sat set, akhirnya kepeleset. Gue padahal udah bilangin kalo si Ardi tuh harus elo jauhin. Please, lain kali kalo ada yang mepet, kirim nomor telepon, foto, tanggal lahir sama nasab keluarganya kalo bisa ke gue. Biar gue terawang dulu tuh cowok cocok enggak, sama lo. Oke, Nay?” “Buat apa? Mau nyantet, lo?” Naya menanggapi dengan acuh. “Ya kalo cowok itu gak suka elo, kita pelet aja. Kalo cowoknya ternyata toxic, ya kata lo barusan. Kita santet aja. Emak gue ada kenalan dukun top.” Renata mengacungkan jempolnya. “Bacot, lo Re. Udah ah, gue mau ke ruangan Pak Nara dulu.” Naya bangkit dari duduk dengan membawa satu kertas yang harus ditandatangani Nara. Gadis itu berjalan dengan perasaan senang bukan main. Mendapatkan promosi setelah bekerja sekian lama di perusahaan ini, tentu saja membuat karyawan kecil seperti dirinya merasa berbunga-bunga. Naya berjalan melenggok di lorong yang sepi tanpa ada satu pun orang di sana. Belum mencapai ruangan Nara, gadis itu jatuh terduduk tepat di hadapan pintu. Tubuh rampingnya bertubrukan dengan seseorang yang menjulang. Namun anggota tubuh bagian belakangnya yang saat ini dirasakan Naya amat sakit. Gadis itu meringis hingga wajahnya memerah. “Anj-“ ucapannya langsung terhenti seketika. Hampir saja ia keceplosan menyebutkan nama hewan yang suka menggonggong itu di kantor, di hadapan orang lain seperti saat ini. Semuanya gara-gara ia kebiasaan bercakap dengan Renata. Gadis itu memang membawa aura buruk. Ingatkan ia untuk mulai menjauhi Renata setelah ini. “Kamu tidak apa-apa?” Sebuah tangan terjulur di depan wajah Naya. Mendongkakkan kepala, gadis itu terpaku untuk beberapa saat. Orang yang menabraknya ternyata seorang pria tinggi tegap. Pantas saja tubuhnya langsung terjembab ke atas kerasnya lantai. Pantatnya sakit bukan main. Tidak tahu apa yang terjadi dengan kakinya di sana. Karena saat ini, Naya tidak bisa menggerakkan kaki yang sebelah sepatunya terhempas beberapa jarak dari tempatnya terjatuh. “Tidak apa-apa. Saya baik-baik sa-“ “Bahu saya yang sakit. Itu tubuh, atau triplek?” Pria dengan kemeja putih yang bagian lengannya digulung sebatas sikut itu mengusap pundak dan menggerak-gerakkannya untuk menghalau sakit. “Maaf?” Naya memelototkan matanya. Meski pria itu berbisik pelan, telinga Naya masih berfungsi dengan baik sehingga sepelan apa pun suara di sana, gadis itu masih bisa mendengar. “Kamu yang masuk tiba-tiba. Bukannya melihat kondisi dulu, malah nyelonong begitu saja.” Ainaya berang. Gadis itu menganga hebat saat pria di hadapannya berjalan begitu saja melewatinya yang masih terduduk di lantai. Uluran tangan yang tadi berada di depannya kini sudah pria itu tarik kembali. “Woi, tanggung jawab dong. Main pergi gitu aja, enggak gentle banget jadi cowok,” teriaknya. Pria itu sempat menoleh dan membalas teriakannya. Naya bisa melihat alis pria yang tidak ia ketahui namanya itu naik, memberikan senyuman merendahkan juga di sana. “Saya harus tanggung jawab? Kamu kenapa? Hamil?” Naya mengepalkan kedua tangan menahan marah. Siapa pria itu? berani-beraninya mengajak kelahi berang-berang betina seperti dirinya. Kali ini Naya benar-benar mengumpat. Gadis itu tidak bisa lagi menahan kemarahan sumbu pendeknya. “Awas aja kalo ketemu lagi, gue pites pala lo.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
102.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook