bc

Touch Me If You Can

book_age18+
137
FOLLOW
1K
READ
adventure
dark
time-travel
mystery
scary
straight
genius
icy
expert
horror
like
intro-logo
Blurb

INNOVEL WRITING CONTEST -- THE NEXT BIG NAME

Joki skripsi, penyanyi, komedian, dan masih banyak lagi pekerjaan di luar sana yang bisa dijadikan sebagai pilihan. Namun takdir membawanya untuk mendapatkan pekerjaan sebagai pengantar.

Bukan pengantar paket atau pengantar makanan cepat saji seperti yang ada di restoran-restoran, melainkan sebagai pengantar arwah yang masih bergentayangan di dunia. Dengan bentuk mereka saat terakhir kali meninggal, begitulah seorang Axelion Svastiaga melihat para arwah yang meminta tolong kepadanya.

Kepala penuh darah, wajah tanpa mata, tubuh tanpa kaki, organ tubuh yang keluar dari perut. Masih banyak lagi bentuk hantu yang sudah pernah dilihat Lion saat menjalankan tugasnya.

Kalian mau lihat yang seperti apa?

***

-Touch Me If You Can 2021-

Cover by Papong Design

chap-preview
Free preview
TMIYC-1-
Napasnya tercekat oleh tangan tak kasat mata. Namun cengkeraman itu sangat nyata terasa mencekik lehernya. Lion membukan mata dan menemukan sesosok makhluk berambut panjang yang menjuntai ke wajahnya, tiap helaian rambut itu terasa sangat kaku dan ujungnya meneteskan air dengan lidah terjulur menjilat pipi sebelah kanannya. Bibir robek itu menyeringai, menampilkan senyuman yang begitu mengerikan untuk sebuah senyuman selamat pagi. Waktu masih menunjukkan pukul satu malam, dan lagi-lagi tidurnya terganggu oleh mereka yang selalu mendatanginya di malam hari seperti ini. Axelion berusaha melepaskan cengkeraman yang terasa dingin di lehernya itu sekuat tenaga. Membaca doa dengan keteguhan hati kepada Yang Di Atas, akhirnya laki-laki itu bisa bernapas dengan bebas, meski masih sedikit tersenggal. Tidak ada sorot ketakutan lagi dalam matanya, seperti malam-malam awal kedatangan makhluk itu ke kamar ini. “Sudah aku bilang, aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantumu.” Dengan santai, kaki telanjang itu berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum. Gila betul, tenggorokannya menjadi sakit akibat cekikan itu. Perempuan berbaju putih itu melayang mengikuti langkah Lion yang harus berbelok untuk menuju dapur. Tidak perlu bersusah payah, makhluk mengerikan itu menembus tembok dengan mudahnya dan muncul kembali di hadapan Lion secara tiba-tiba. Takut? Sepertinya perasaan itu tidak lagi dimiliki oleh seorang indigo yang saat ini sedang membuka pintu lemari es. Takut adalah perasaan yang tidak boleh dimilikinya saat ini. Karena jika sedikit saja makhluk seperti itu mengetahuinya, maka gangguan akan lebih intens datang. Jadi, bukannya tidak takut, Lion hanya mencoba untuk tidak takut. “Aku hanya meminta carikan saja telingaku di sungai.” Lion menyemburkan air dari mulutnya saat sosok itu lagi-lagi muncul tepat di depan mata, dengan darah mengucur dari samping kepalanya, tepat di bagian telinga yang seharusnya ada di sana. Menembus lengannya yang sedang memegang gelas. Untung saja benda kaca itu tidak ikut pecah seperti pertahanannya saat ini. Menelan ludah dengan susah payah, Lion berusaha untuk tidak memandang mata berpupil setitik itu. “Tidak bisa. Cari saja sendiri, aku tidak bisa menemukannya untukmu.” “Manusia jahat.” Suara yang terdengar merintih itu meniupkan angin ke telinganya hingga membuat bulu kuduknya berdiri sempurna. “Siapa suruh untuk terjun ke sungai?” Suarnya tak gentar sama sekali saat mengatakannya. Setelah itu, wanita dengan tangan dan kukunya yang panjang itu menghilang seperti asap yang tertiup angin. Menguar dengan udara, menyisakan rasa dingin yang berbeda dengan udara malam ini. “Yon, Yon. Gue denger perempuan nangis di kamar. Abis gue deketin, tangisan itu berubah jadi cekikikan. Anjiir, ngeri banget.” Gulung, laki-laki bertubuh gemuk itu berlari kencang dari arah kamar dan mendekatkan diri kepada Lion. “Lo bawa apaan lagi, sih ke rumah ini?” “Gue nggak bawa, merekanya aja yang datang tanpa diminta.” “Gila banget lo Yon, bawa itu cewek yang beneran, bukan yang udah mati terus sukanya cekikikan.” Gulung meraba belakang lehernya yang tiba-tiba terasa dingin, seperti ada angin yang meniupnya di sana. Padahal sudah jelas jika tidak ada orang di belakangnya yang meniup dengan usil. Angin dari pendingin ruangan sepertinya tidak mungkin. “Kenapa, Lung?” “Merinding, anjir.” Lion tertawa kecil setelah meneguk airnya. Kemudian mengatakan sesuatu hingga Gulung melompat ke arahnya dengan tiba-tiba. “Itu ada anak kecil yang meluk leher lo soalnya.” Laki-laki itu tertawa puas melihat sahabatnya bergidik ketakutan seraya menggerakkan kepalanya, berusaha menghalau sesuatu di lehernya. “Percuma, anak kecil itu malah cekikikan melukin leher lo. Udah diem aja, dari pada pusing nggak jelas.” Lion menahan tawanya. Meskipun saat melihat rupa anak kecil yang memeluk leher Gulung, tidak ada lucu-lucunya sama sekali. Lebih terlihat menyeramkan dengan liur yang menetes lewat bibir yang tak bisa menutup itu. “Yon, lo jangan gitu dong. Ini gue emang udah pusing dari tadi, cuma gue tahan aja. Sekarang pusingnya lebih berasa kalo deket sama elo.” Ya. Berada di dekat Axelion berarti kamu harus siap ikut merasakan juga akan kehadiran para makhluk tak kasat mata yang ada di sekitar. Karena seperti sinyal wifi, Lion akan dikerumuni mereka-mereka yang tak ada hentinya meminta pertolongan pada laki-laki itu. Jika kamu dekat-dekat dengan penjual parfum, maka kamu juga setidaknya akan terciprat wanginya. Pret! Wangi apa? Yang ada Gulung sungguh tersiksa setiap saat. Tetapi, bagaimanapun tidak nyamannya laki-laki bertubuh tambun itu, ia tidak bisa berpisah dengan sobat karib yang telah menemaninya dari jaman zigot itu. “Yon, bersiin dong. Capek banget, sumpah.” Axelion menjentikkan jari ke belakang kepala Gulung. Anak kecil yang hanya bisa ia lihat sendiri itu terpental ke belakang. Secepat itu, kepala Gulung juga tidak merasakan pusing lagi. Dan juga, bahunya menjadi enteng sedikit-sedikit. Tidak mengangkat beban hidupnya, tentu saja. Karena nyatanya, masih banyak cicilan yang harus ia lunasi. Dan Lion adalah bank berjalannya. “Lo jadi nemuin orang yang butuhin jasa lo besok?” “Yang mana?” Lion menoleh sebentar sembari memutar pergelangan tangannya yang terasa pegal setelah mengusir hantu anak kecil itu dari punggung temannya. “Yang gue bilang perempuan tua itu, loh.” Jika seorang aktor harus memiliki manajer untuk mengurus jadwal pentingnya, maka seperti itu lah tugas Gulung di samping Lion. Jangan disangka, bisa melihat hantu ternyata tidak seburuk yang selama ini ada di bayangannya. Karena apa? Lihatlah Axelion yang mendapatkan upah besar yang pekerjaannya cukup dilakukan di rumah saja. Cukup menutup mata dan berkelana lewat alam bawah sadar, tring! Sejumlah uang langsung muncul di debet ATMnya. Gulung menepuk pundak Lion dua kali. Merasa bangga dengan hadiah yang Tuhan berikan untuk laki-laki itu. Benar, Gulung menyebut kelebihan yang dimiliki Lion sebagai hadiah dari Tuhan. Berbeda dengan laki-laki yang saat ini sedang membuka lemari pendingin untuk menemukan makanan atau apa pun untuk mengisi perutnya yang keroncongan. “Ini, mau makan punyaku saja, tidak?” Lion memejamkan mata saat mendengar suara lirih itu berasal dari atas kepalanya. Seorang perempuan dengan gaun putih menjuntai sedang memegang segenggam belatung, ulat- ah, entah apa yang ada di tangannya itu. Binatang menjijikkan yang terus bergerak, membuat perutnya yang semula lapar menjadi mual luar biasa. Ini yang Gulung sebut sebagai hadiah dari Tuhan? Mengapa si Gendut itu tidak melihat dari sisi lainnya saja dari pada hanya melihat dari sebelah sisi yang terlihat enaknya saja, terdapat bayaran dari orang yang tidak dikenalnya itu? “Ini, aku bisa berbagi denganmu. Asal kamu mengijinkan aku untuk tinggal di sudut sana.” Percayalah, Lion tidak perlu menoleh untuk mengetahui di mana letak yang diinginkan hantu itu untuk tinggal. Karena si perempuan yang masih menyemili binatang kecil yang terus bergeliat menggelikan itu kini berada tepat di depan wajahnya. Mata yang seluruhnya putih itu menatapnya dengan senyuman lebar, sangat lebar hingga rahangnya bisa terbuka dan hampir putus. “Yon, tapi perempuan ini mau ketemu elo secara langsung. Dia ngasih gue alamatnya, sih. Tapi katanya, elo disuruh datang sendirian aja ke sana. Ambil, ya? Ya, ya, ya,” bujuk Gulung seraya menggelayuti lengan Lion. “Yon, jawab gue dong. Lo mau, ‘kan?” Axelion masih diam seribu bahasa. Andaikan Gulung bisa melihat seperti apa bentuk perempuan yang masih menyengir di depan wajahnya itu. “Yon, Yon. Gue ini lagi ngomong sama elo. Jawab, dong jangan dipehapein kayak gini. Gue nggak suka, ya kalo elo-“ “Diem. Jangan banyak ngomong atau gue masukin belatung ke mulut elo,” Lion membungkam mulut Gulung dengan telapak tangannya. Mata si Gendut tidak bisa berkedip lagi setelah Lion mengatakan hal seperti itu. Pasti saat ini sedang ada makhluk lain yang ada di dekat mereka. “K-kalo gitu, selamat makan aja, Mbak, silakan ngobrol sama temen saya.” Gulung menelan salivanya dan segera undur diri dari sana. Meninggalkan Lion sendirian dengan sosok yang tak dapat dilihatnya, namun keberadaan hantu itu bisa dirasakan. Selain merinding sebadan-badan, salah satu ciri jika ada hantu di sekitar mereka adalah, Lion yang berubah kaku dan tidak banyak bicara saat diajak bicara olehnya. Kedua syarat itu sudah cukup untuk membuat Gulung segera masuk kembali ke kamarnya dan menutup pintu itu dengan kencang. Ia akan bersembunyi di dalam selimut hingga matahari terbit saja. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.0K
bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.8K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook