Kiran mengalihkan wajahnya dan sekuat tenaga berusaha untuk menghentikan degupan jantungnya sendiri. Napas hangat dari hidung Richie terasa hangat, tapi itu juga membuatnya geli. Dia yakin bahwa wajahnya sudah sangat memerah sekarang. "Mengapa kamu terburu-buru?" tanya Richi yang entah bagaimana suaranya begitu seduktif di telinga Kiran. "A-Aku ... aku hanya ..." Kiran tidak bisa melanjutkan kalimatnya, dia tidak punya jawaban yang pasti. Tangan Richie merayap dari pergelangan tangan sampai ke bahu Kiran dan menekannya dengan kekuatan berlebih sampai dadà mereka bersentuhan. "R-Richie ..." Mata Richie menatap Kiran meskipun itu buram, tapi dia bisa merasakan bahwa Kiran memalingkan wajah darinya. "Kiran, apa kamu merasa tidak nyaman denganku, makanya kamu menghindariku?" 'Sebenarnya