Selesai mempelajari bagaimana Arum bersikap, aku mulai bersiap-siap menyambut kedatangan Mas Galih. Melalui video-video yang aku putar setiap hari Arum harus menunggu di pintu menyambut kedatangan Mas Galih dan mencium kedua pipinya, oke aku akan skip bagian mencium pipinya. Sepertinya bagian skinship harus aku hapus saat aku berakting sebagai Arum.
Aku memasang kimono handuk setelah selesai membersihkan diri, tidak lupa aku melilitkan sebuah handuk kecil di rambut panjangku agar cepat mengering. Setelah keluar dari kamar mandi aku berjalan menuju walk in closet yang berada satu ruangan dengan kamar tidur ini. Sejak semalam aku tidak terlalu memperhatikan apa saja isi walk in closet milik Arum, tapi hari ini aku harus menghapal letak barang dan kalau Mas Galih bertanya aku tidak akan kesusahan untuk mencari barang yang diinginkannya.
Aku memelototkan mata saat melihat bagaimana barang-barang tersusun dengan rapi, di rak atas tergantung berbagai macam jenis baju yang disusun berdasar warna dan jenis sedangkan bagian bawah ratusan pasang sepatu dengan model-model berbeda ada heel, wedges, flat bahkan boot, di sampingnya terletak tas-tas branded dengan jumlah yang tidak sedikit juga. Itu baru barang milik Arum belum barang milik Mas Galih yang tidak kalah banyaknya dari milik Arum. Aku tahu kalau Mas Galih pengusaha sukses dengan sejumlah usaha yang menghasilkan banyak uang tapi apa tidak terlalu boros menghabiskan uang untuk barang-barang seperti ini.
"Masih ada yang kurang sayang?" suara Mas Galih di telingaku langsung membuatku kaget, aku merasakan tangan Mas Galih di bahuku. Astaga kenapa para pelayan tidak memberitahuku kalau Mas Galih sudah pulang.
"Ah nggak kok Mas, ini lebih dari cukup bahkan aku bingung mau dipakai yang mana hari ini saking banyaknya," balasku mencoba tersenyum walau kekagumanku melihat pemandangan di dalam Walk in Closet ini belum hilang.
Mas Galih sangat berbeda dibandingkan saat pertama kami bertemu kemarin, kemarin dia sangat dingin tapi hari ini dia hangat dan romantis.
"Tapi sayangnya aku belum puas memanjakan kamu.... ini hadiah dari aku," aku melihat Mas Galih menunjukkan sebuah kotak merah, dia membukanya dan aku melihat sebuah kalung berlian. Mas Galih memutar tubuhku dan menanggalkan lilitan handuk di rambutku.
"Mas selalu suka aroma rambut kamu... wangi dan menggairahkan, tapi sayang kamu masih terlarang..." ucapannya sedikit terdengar liar dan menggoda, aku harus tenang dan tidak terburu-buru untuk menolaknya.
Aku bersyukur masa nifas bisa menyelamatkanku untuk sementara.
"Nah sudah... kamu suka," aku melihat Mas Galih tersenyum manis sambil menyuruhku melihat kalung berlian yang dipasangnya tadi melalui cermin yang ada di depanku.
"Mas ini pasti mahal... buat apa sih buang-buang uang?" kataku sedikit tidak enak menerima kalung semahal ini.
"Hmmmm buat istri tercantik dan tercinta nggak ada salahnya bukan, oh iya aku lihat suasana kamar sedikit berubah yah, ada box si kembar tumben kamu memindahkan mereka ke kamar kita, bukannya kamu bilang harus membuat mereka belajar mandiri sedini mungkin?" tanya Mas Galih yang kemungkinan heran melihatku memindahkan si kembar.
"Oh Mas nggak suka? Ya sudah aku suruh pelayan pindahin lagi deh," kataku pura-pura merajuk agar Mas Galih tidak curiga.
"Hahahaha mana mungkin aku nggak suka sih sayang, aku senang kok kamu mulai berubah hmmm kamu tau nggak malam ini kamu sangat cantik meski hanya memakai kimono ini," aku melihat diriku dan mengutuk kebodohanku yang tidak sadar hanya mengenakan kimono saat berdua dengan Mas Galih, Mas Galih menarik pinggangku dan menyentuh pipiku. Ya Tuhan jangan bilang Mas Galih mau menciumku.
Tidak!
Mas Galih milik Arum dan aku tidak boleh menyentuh miliknya. Tuhan tolong aku! Tolong keluarkan aku dari ruangan ini tanpa membuat Mas Galih curiga karena sejak semalam aku selalu menolak menerima ciumannya.
"Kamu tahu sayang, hidup aku hanya untuk kamu," ujarnya lagi, keringat dingin membasahi keningku.
Saat aku hendak mendorongnya tiba-tiba aku mendengar suara ketukan.
Mas Galih melepaskan pegangannya dipinggangku dan menggerutu karena ada orang yang menganggu, tapi siapapun yang mengetuk pintu aku janji akan memberikan bonus dua kali gaji mereka.
"Siapa?" tanya Mas Galih.
"Saya Tuan, Zaka... ada tamu yang mencari Nyonya," fiuhhhh Zaka ternyata, dia selalu tahu kapan aku membutuhkannya.
"Sayang, kamu ada janji?" tanya Mas Galih, aku langsung mengangguk agar dia tidak curiga.
"Ya sudah kamu ganti baju dan temui tamu itu, aku mau mandi gerah banget seharian ini nanti aku susul sama si kembar sekalian makan malam," ujarnya.
Aku langsung mengangguk dan setelah Mas Galih masuk ke kamar mandi, aku langsung memasang baju dan berdandan ala kadarnya untuk berterima kasih kepada Zaka atas bantuannya.
Saat aku keluar dari kamar, aku melihat Zaka berdiri tidak jauh dari kamar dengan wajah datarnya. Aku hendak menghampirinya tapi beberapa pelayan terlihat mau menghampiriku, aku hanya bisa memberi kode berupa ucapan terima kasih atas bantuannya.
"Nyonya, lusa adalah ulang tahun Tuan yang ke 35... minggu lalu Nyonya berencana mengadakan pesta kebun, apa kami sudah boleh memulai mempersiapkan pesta tersebut?" tanya salah satu pelayan yang aku tahu bernama Maryam, Maryam sudah lama mengikuti Arum dan tahu apa saja keinginan Arum. Aku baru ingat lusa adalah ulang tahun Mas Galih, biasanya Arum selalu memintaku menemaninya membeli kado tapi tahun ini aku sendiri yang harus membeli kado untuk Mas Galih.
"Lakukan saja buat pesta terbaik untuk Tuan, kalian pasti tahu seperti apa yang diinginkan Tuan," balasku dengan lembut, mereka sepertinya mengerti dan meninggalkan aku yang masih bingung mau memberikan apa sebagai hadiah ulang tahun Mas Galih, semuanya sudah dia miliki kalau berbentuk barang.
"Zaka," panggilku seolah hubungan kami hanya Nyonya dan pengawal.
"Iya Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya pelan, aku melihat kiri dan kanan sebelum mulai berbincang dengan Zaka.
"Besok temani aku mencari kado untuk Mas Galih, aku tidak tau bagaimana selera dia..." kataku antusias.
"Ingat, kamu di sini hanya untuk bersembunyi jangan terlalu larut dalam peran kamu," ucapan Zaka sukses membuatku terdiam. Zaka benar sepertinya sedikit demi sedikit aku mulai menikmati berperan sebagai Arum dan itu salah.
Sangat sangat salah.
"Kamu benar tapi Arum akan melakukan hal yang sama kalau dia berada di sini, dia tidak akan mengecewakan suami yang berulang tahun tanpa memberikan sebuah kado sebagai hadiah, kamu tenang saja aku tahu kok tujuan aku berada di sini untuk apa," kataku penuh kesadaran siapa aku dan bagaimana aku bisa berada di rumah ini.
"Tujuan apa sayang.." aku terlonjak kaget saat melihat Mas Galih berada di belakangku.
"Ah.. itu... itu."
****
tbc