Tak hanya Bunga yang menangis, tapi Cynthia juga, tubuhnya meluruh, beruntung Hamizan sempat menangkapnya sebelum tubuhnya menyentuh dinginnya lantai. Dibopongnya Cynthia ke kamar tamu agar bisa beristirahat. “Monik, biar aku yang temani Tia, kamu tolong urus anak-anak, tanyakan kejadian sebenarnya. Aku takut ini hanyalah pemicu saja, bom sebenarnya belum meledak.” Kata Hamizan pada Monik yang ingin menunggui Cynthia, sang adik. “Sebenarnya tadi itu ada apa sih, Bunga, Rayyan? Tolong ceritakan pada kami.” Monik membuka suara pertama kali, setelah kembali berkumpul kali ini di ruang keluarga. Kepalanya semakin cenat cenut, di saat eyang sedang kritis, malah tambah kejadian tidak mengenakkan seperti ini. Bunga melihat ke arah Monik, mulutnya terbuka, tapi tidak mampu berkata apapun, dia m