"Saya gak pernah mutusin kamu," Pak Adit masih keukeuh dengan pendiriannya. "Terserah. Putus dalam pacaran itu gak butuh kesepakatan dua pihak. Gak perlu ada tanda tangan pengesahan, putus tinggal bilang doang, udah beres." "Siapa bilang? Harus ada kesepakatan dong, dan saya gak sepakat kalau kita putus." "Terserah Anda. Yang jelas dalam otak dan pikiran saya, Anda bukan siapa-siapa saya lagi." "Saya dosen kamu, San." Aku memutar bola mata dengan malas, "Itu beda lagi, Pak. O ya, ngomong-ngomong, itu roti kalau gak dimakan, mending saya bawa lagi." "Enak saja, ini buat saya semua. Kamu gak boleh ikut makan." "Lah, kenapa? Bu Tini ngasihnya ke saya lho, Pak?" Pak Adit langsung membuka dus roti dan melahapnya dengan nikmat. Sial, sepertinya dia sengaja membuatku kesal. Oke, aku harus