Dalam ketidak tahuannya, Arga terus mencoba memahami situasi. Mata Arga membelalak, napasnya tercekat. Di hadapannya, terbaring jasad yang begitu dia kenal. Ibu mertuanya. Tubuhnya bergetar, bukan hanya karena dinginnya ruangan, tapi juga karena kenyataan pahit yang menghantamnya. Rengganis, masih hilang tanpa jejak, dan kini ibunda Rengganis telah pergi untuk selamanya. Suasana rumah duka terasa begitu kelam dan mencekam. Leon berdiri di sudut ruangan dengan wajah dingin tanpa ekspresi. Tias, ibunda Arga, hanya menatap kosong ke arah jasad Suci, seolah jiwanya telah lama meninggalkan raganya. Sementara Senopati, ayah Arga, menatapnya dengan sorot mata penuh intimidasi, seolah menyalahkannya atas segala yang terjadi. "Arga," suara Senopati memecah keheningan. "Kau terlambat." Arga men

