Beberapa saat kemudian Alan sudah Kembali dari kamar mandi dan duduk di hadapan Nada. Mereka bicara tentang pekerjaana Alan juga pekerjaan Zahira dan Nada. “Kalau aku ajak jalan kapan kapan, kamu mau kan Ra?” Zahira terdiam kemudian menoleh pada Nada, tersenyum dan menggerak gerakkan alisnya. “Boleh, oh ya Lan, memangnya kita dijodohkan?” tanya Zahira terus terang. “Enggak juga sebenarnya, hanya berusaha mendekatkan saja, jika kita bisa dekat dan cocok, why not, aku juga tidak sempat mencari gadis yang sesuai keinginanku, jadi aku serahkan saja pada mama dan papa. Kamu keberatan Ra?” “Bukan keberatan, hanya saja ini terlalu mengejutkan buat aku.” “Ya udah kita jalani aja dulu, jika kita nanti saling nyaman, kenapa enggak, iya kan?” “Iya sih, bolehlah.” Alan tersenyum lembut