Hai, Wisnu, apakah sekarang saatnya aku menulis surat untukmu? Menulis surat untuk orang yang mungkin bisa kuanggap berharga karena tutur kata dan sikap yang kau tunjukkan. Ah tidak, mungkin semua ini terlalu cepat. Tidak tidak tidak, aku tidak boleh terlalu gampang jatuh hati kepada orang baru, atau peristiwa menyesakkan yang menghancurkan hidupku akan kembali terulang. Aku akan memulai lagi kisah ketika pulang dari restoran cepat saji di tengah kota Jombang. Saat di perjalanan, Wisnu memintaku untuk menunjukkan lagi buku Sejawat Bayang padanya. Dengan tegas aku menolak permintaan Wisnu, karena menurutku apa yang ia minta terlalu berat. Aku tidak mau ada orang lain yang mengalami nasib tidak menyenangkan sepertiku. Dengan kukuh, Wisnu merayuku dan berkata bahwa semuanya akan baik-ba