"Freya, kamu boleh turun." Reiga mengempaskan tubuhnya di kursi kerjanya setelah mereka selesai menghadiri meeting mingguan dengan tim marketing, wajahnya terlihat lelah. Ia menyandarkan kepalanya di kursi sambil memejamkan matanya. "Kenapa?" tanya Freya bingung. Tidak biasanya Reiga memberinya izin meninggalkan ruangannya sendirian. Biasanya Reiga akan meminta Freya mengintilinya ke mana saja pria itu pergi. "Aku mau sendiri." Reiga menengakkan duduknya kemudian tangannya mulai memilah tumpukan berkas di atas mejanya. "Kamu lagi kesal?" tanya Freya hati-hati. Meski Reiga tidak pernah marah padanya sejak ia bekerja sebagai asisten pribadi pria itu, Freya cukup sering melihat Reiga memarahi karyawan lain. Dan itu cukup menakutkan. Reiga mengangkat kepalanya menatap Freya dengan tatapan