Part 20

2667 Kata
Mereka sudah kembali ke rumah Caliana dengan menggunakan mobil Caliana sementara nantinya mobil Adskhan akan diambil supirnya dengan kunci cadangan yang ada di rumah. Sebelum kembali ke rumah, mereka mampir ke warung kaki lima untuk membeli makan malam. Dan sekarang mereka sedang menikmati ayam penyet di halaman belakang Caliana dengan masing-masing segelas es teh manis. Gadis itu kini sudah kembali segar setelah mandi dan berganti pakaian. Mengenakan kaus kebesaran yang sepertinya menjadi favoritnya dan celana legging sebetis berwarna krem. Diantara wanita-wanita yang Adskhan kenal. Hanya Caliana lah yang tidak pernah memedulikan penampilannya. Apakah itu berarti gadis itu begitu tidak menyukainya hingga selalu berpenampilan seadanya? Ya, Adskhan pernah mendengar kalau wanita itu biasanya selalu menunjukkan penampilan terbaiknya jika akan bertemu pria yang disukainya. Dan Caliana selalunya tampil apa adanya, kecuali tadi siang. Apa gadis itu sedang mencari perhatian pria yang bernama Yudhis? Entah kenapa, memikirkan penampilan gadis itu tadi siang membuatnya tiba-tiba dilanda amarah. Apa gadis itu berdandan karena akan menemui Yudhis? Ya. Tadi siang gadis itu bisa dikatakan berdandan, kan? Mengenakan dress dan make-up tipis. Bahkan penampilannya ke kantor pun selalu sederhana. Adskhan tak pernah melihat gadis itu menggerai rambutnya. Selalunya gadis itu mengembunyikan rambut indahnya dengan cepolan sederhana. Tapi tadi? Gadis itu menggerainya dan bahkan mengenakan jepitan cantik. Adskhan benar-benar tak suka dengan pikirannya sendiri. Jadi fix, mulai saat ini ia akan menganggap Yudhis sebagai salah satu saingannya. Tidak ada obrolan penting di antara mereka. Percakapan dipenuhi dengan obrolan remeh para remaja. Pukul delapan malam, supirnya sudah menjemputnya. Adskhan hendak pamit, meminta Syaquilla untuk pulang bersamanya. Namun gadis itu menolak dan memilih menginap di tempat Caliana. Dan Adskhan tak ingin memaksa. Minggu pagi pun datang. Sejak solat subuh, kedua remaja itu tidak tidur lagi. Keduanya sudah berniat ingin pergi ke CFD (Car Free Day) yang rutin selalu ada di setiap hari minggu. "Itaan... Ayoo..." Rengek keduanya di depan pintu kamar. "Nanti keburu ciloknya abis. Mana katanya hari ini bakalan ada acara syuting promo produk kecantikan." "Bukan syuting produk, tapi BFF run." Syaquilla mengingatkan. "Iya, Itan. Ada BFF run. Banyak aktor aktris nya juga. Ayo Itan. Biar kita bisa foto-foto bareng artis." Rengek Carina lagi. Caliana yang kesal akhirnya membuka pintu. "Kamu tuh, kayak yang iya bakal dapet foto sama artis aja." Gerutunya. "Lagian ya, di otak kamu kayaknya adanya cilok, cimol, seblak. Heuh... Makanan terus." "Iya gak apa-apa dong, Itan. Manusia itu kan butuh makan. Ayo cepet. Jangan lama-lama. Gak usah dandan cantik-cantik. Gak bakal ada yang lirik ini." Gerutu gadis itu. Dia ini membujuk atau sedang mengejek? Caliana kembali masuk ke kamarnya. Ia sudah mengenakan kaos hitam lengan pendek dan celana olahraga abu tua dibawah lutut. Kemudian keluar lagi setelah mengikat rambutnya menjadi ekor kuda. Meraih kunci mobilnya, tanpa komando ketiga orang itu bekerja sama. Caliana memanaskan mobil, Carina mengunci pintu rumah dan Syaquilla mendorong pagar. Caliana mengeluarkan mobilnya dari garasi dan mendiamkannya di bagian luar rumah seraya menunggu kedua remaja itu selesai dengan pekerjaan mereka. Carina langsung duduk di kursi samping kemudi dan Syaquilla duduk di belakang. "Berangkaaaat!" Seru keduanya bersamaan. Mereka lagi-lagi menuju Dago. Tempat biasanya CFD berlangsung. Memarkirkan mobilnya di area khusus. Ketiganya kemudian keluar mobil, bersiap berwisata kuliner yang selalunya menjadi ciri khas CFD. Bakso bakar, Kebab Turki, Waffle Es krim dan banyak jajanan lainnya sudah berada di tangan masing-masing. Entah makanan itu akan habis atau tidak. Tapi Caliana senang melihat keantusiasan di wajah kedua remaja itu. Mereka menikmati makanan sambil melihat penampilan para remaja yang berlatih modern dance dengan lagu Korea yang ketiganya kenal. Bahkan ketiganya ikut bergoyang sambil bersenandung. Namun tiba-tiba, keasyikan mereka terhenti. Ketika raut wajah Syaquilla berubah. "Kenapa?" Tanya Carina dengan bisikan di telinga sahabatnya. Bukannya menjawab, Syaquilla malah tertegun menatap jauh ke depan. Carina mencoba ikut melihat apa yang sedang dilihat sahabatnya. "Itu, Papa kamu? Sama tante Anas?" Tanyanya ragu. Syaquilla mengangguk. "Ya udahlah, mungkin emang Papa kamu maunya nikah sama tante Anas itu." Ujar Carina datar. "Ih, Carin. Qilla gak mau. Kan Qilla dah bilang Qilla maunya Itan yang jadi Mamanya Qilla." Seru remaja itu tanpa sadar. Caliana yang mendengarnya menatap Carina dan Syaquilla. Carina nyengir kuda sementara Syaquilla tampak memerah wajahnya. "Ohhh, jadi gitu.." Caliana bersuara. "Jadi kalian sebenernya punya niat jodohin Itan sama Sir Adskhan, begitu?" Caliana memandang keduanya bergantian. Syaquilla hanya tertunduk malu sementara Carina mengedikkan bahu. Lalu kemudian Caliana tertawa. Syaquilla mendongak, tak menduga kalau Caliana akan tertawa seperti itu. Tadinya ia pikir Caliana akan mengamuk dan marah pada keduanya. "Carina. Syaquilla. Dengerin Itan. Hubungan orang dewasa itu gak sesederhana pikiran remaja kalian. Kalian gak bisa semudah itu menjodohkan orang seperti saat kalian menjodohkan Barbie dengan Ken. Kami, orang dewasa itu jauh lebih rumit daripada itu.” “Maksudnya?” Tanya Carina bingung. “Maksudnya. Tak selamanya apa yang kalian mau itu menjadi kenyataan. Kalian bisa minta A, B, C, kalian bisa berusaha keras untuk mendapatkan itu. Tapi setelah kerja keras kalian, bukan A, B atau C yang kalian dapat. Bisa jadi malah D atau E. apalagi ini urusannya sama hati. Gak semudah itu, cinta. Dunia dewasa tak seperti itu. Permainan takdir yang berperan, bukan keinginan manusia.” Ucap Caliana serius. “Dengerin Itan." Pintanya. Kedua remaja itu memfokuskan perhatiannya pada Caliana. "Kalian tahu apa itu akting?” tanyanya. Kedua remaja itu mengangguk. “Kebanyakan dari kami, orang dewasa itu hidup dengan berakting. Tapi kami tidak berpatok pada skenario. Akting kami berpatok pada situasi dan kondisi. Karena apa, karena memang kondisi mengharuskan kami bersikap demikian. Saat kami tidak menyukai bos. Kami harus bersikap manis meskipun dalam hati kami kesal. Seperti itu juga dengan perasaan kami terhadap lawan jenis. Tidak jarang kami bersikap A, mengatakan A, padahal perasaan kami dan inginnya kami B. Kalian paham?" Tanyanya lagi. Kedua remaja itu menggeleng. "Coba Itan tanya. Apa alasan kalian ingin menjodohkan Itan dengan Papa Qilla?" "Qilla suka sama Itan." Jawab Carina dengan polosnya. Caliana memandang lembut Syaquilla. Ia mengusap kepala dan wajah gadis itu. “Makasih, Sayang. Itan juga suka sama kamu.” Ucapnya tulus. “Terus karena kamu suka sama Itan, kamu mau Itan jadi Mama kamu?” Syaquilla mengangguk antusias, menduga bahwa pertanyaan Caliana karena gadis itu hendak mengabulkan permintaan polosnya. Tapi Caliana menggelengkan kepala. "Tapi menjadi Mama kamu gak semudah kamu minta permen sama Papa kamu, Sayang. Kenapa? Karena pertama, Papa kamu belum tentu menginginkan hal yang sama seperti kamu. Kedua, mungkin dia punya wanita lain yang sudah dia niatkan untuk dijadikan mama kamu. Dan ketiga, memangnya Papa kamu ada niatan untuk menikah lagi?” tanya Caliana ingin tahu. Syaquilla memandang Carina dan Caliana bergantian sebelum kemudian mengedikkan bahu dan menggelengkan kepala. “Nah, kamu sendiri gak tau maunya Papa kamu sekarang itu apa. Apalagi Itan. Hanya karena Papa kamu selama ini bersikap ramah sama Itan itu berarti dia suka sama Itan. Seperti yang Itan bilang sebelumnya. Masa dewasa itu, kami hidup dengan terus menerus berakting.” “Apa Itan juga selama ini bersikap baik sama Qilla karena akting?” tanya gadis itu dengan polosnya. Caliana seketika terbelalak. “Apa kamu meragukan perasaan Itan selama ini?” Caliana balik bertanya. Syaquilla menggelengkan kepala. Gadis itu tahu bahwa perlakuan Caliana selama ini terhadapnya benar-benar tulus. Itu jugalah yang membuatnya betah berada dekat dengan Caliana sehingga ia menginginkan gadis di hadapannya itu menjadi ibu sambungnya. “Itan sayang sama kamu seperti Itan sayang sama Carina. Karena Itan udah anggap kamu sebagai keponakan Itan sendiri.” "Jadi, Itan gak mau jadi Mamanya Qilla?" Syaquilla memandangnya dengan sedih. Caliana tersenyum. "Bukannya Itan gak mau jadi Mamanya Qilla. Tentu aja Itan mau punya anak yang cantik dan baik kayak Qilla.” Ucap Caliana kembali merangkum wajah gadis itu dengan kedua tangannya. “Tapi bukan berarti Itan 'harus' menjadi Mama Qilla. Dan meskipun Qilla suka sama Itan, Qilla gak bisa maksa Papa Qilla buat suka sama Itan. Perasaan orang gak bisa dipaksakan. Itan juga mau hidup kayak tokoh di drama Korea yang Itan tonton. Menikah dengan laki-laki yang cinta sama Itan. Kalo bisa klepek-klepek sama Itan." Jawabnya. Carina dan Syaquilla terkekeh. “Jadi kamu mesti nerima kalo Papa kamu itu maunya sama si tante Anas.” Jawab Carina kembali membuat Syaquilla merengut dan melotot pada sahabatnya itu. Caliana kembali terkekeh. Ia memilih untuk merangkul bahu kedua remaja itu dan berjalan menjauh. “Sebagai anak yang baik, Qilla juga harus mikirin posisi Papa Qilla. Biarkan Papa Qilla bahagia sama pilihannya. Seperti sekarang ini.” Ucap Caliana dengan tatapan yang langsung tertuju pada Syaquilla. “Terima saja kalau Papa Qilla suka sama tante Anastasia itu. Tapi sebagai Papa yang baik, Papa Qilla juga ‘gak mungkin’ maksa Qilla buat suka sama tante Anastasia. Sebagai gantinya, dia akan minta Qilla untuk menerima dan bersikap baik pada tante Anastasia. Dan Qilla, meskipun Qilla gak suka sama tante Anastasia tapi demi kebahagiaan Papa, Qilla akan berusaha untuk melakukan apa yang diinginkan Papa, kan?" Syaquilla mengangguk. "Itulah yang Itan bilang perasaan A tapi menunjukkan B. Pikiran Qilla maunya Itan, tapi tindakan Qilla mau tak mau harus menerima Tante Anastasia. Kalian mengerti?" Carina dan Syaquilla mengangguk. Caliana mengusap kepala kedua remaja itu dengan kedua tangannya. "Tapi Qilla suka sama Itan dan mau Itan jadi Mama Qilla." Lagi-lagi Syaquilla berujar. Caliana tersenyum. "Segitu nge-fans nya ya sama Itan?" Guraunya. Remaja itu mengangguk. "Nanti, saat kalian dewasa kalian akan paham. Bahwa apa yang kalian inginkan, bahkan setelah kalian berusaha keras pun, tidak selamanya akan kalian dapatkan. Ingatlah, Allah itu memberikan apa yang kita butuhkan. Bukan apa yang kita inginkan." "Kalau begitu Qilla butuh Mama." Kembali gadis itu menjawab dengan ekspresi memohon. Caliana kembali tersenyum dengan kepolosan Syaquilla. "Mungkin, menurut Allah, Itan bukan Mama yang Syaquilla butuhkan." Ia kembali mengusap kepala Syaquilla. "Semua orang sudah memiliki jodoh mereka masing-masing, Sayang. Kalau memang jodoh Itan itu Papa kamu, ya itulah takdirnya. Tapi kalau bukan, ya Qilla terima saja. Karena apa yang diberikan Allah itu pasti baik bagimu meskipun kamu tidak menyukainya. Dan apa yang kau sukai belum tentu baik menurut-Nya." "Kayak Mama Qilla?" Caliana mengerutkan dahi. "Maksudnya?" "Iya, kayak Mama Qilla yang nikah tapi ninggalin Papa. Itu juga baik menurut Allah?" Caliana tersenyum. "Ya. Seperti itu. Papa Qilla dipertemukan dengan Mama Qilla. Menikah dan punya anak, lalu berpisah. Menurut orang-orang mereka mungkin salah. Tapi itulah yang terbaik menurut Allah. Siapa yang tahu perasaan sebenarnya yang dimiliki Mama sama Papa Qilla. Dan alasan dibalik perpisahan mereka. Itan gak akan bertanya. Dan Qilla juga gak perlu bertanya sama Papa. Tapi setiap perpisahan pasti ada alasannya. Dan selalu ada sisi baiknya. Misalkan yang bisa Itan lihat sekarang. Kamu bisa mendapatkan kasih sayang dari Baba, Granny, Uncle Lucas dan satu Uncle lagi, siapa namanya?” “Uncle Erhan.” Jawab Syaquilla. “Ya, Uncle Erhan. Dan kamu juga bisa ketemu sama Carin, sama Itan. Kan, kalo semisal saat ini Mama kamu masih sama Papa. Qilla gak mungkin ada disini sama kita sekarang. Kamu sama Papa kamu mungkin tinggal di Turki sekarang. Atau kalaupun kalian tinggal di Indonesia, Mama kamu mungkin ngajak kamu tinggal di Jakarta. Sekolah disana. Di sekolah yang mungkin banyak bule nya. Jadi kamu gak bakal ketemu sama produk lokal kayak Carin dan Itan." Carina mengangguk setuju. "Iya, bener kata Itan. Kalo seandainya kamu tinggal sama Mama kamu. Pastinya kamu sekarang bakal dimasukkin les ini itu. Trus kamu juga belum tentu bisa jajan jajanan kaki lima kayak gini. Gimana kalo Mama kamu itu orangnya super higienis. Yang bawa handsanitizer kemana-mana. Gak suka sama cimol dan sukanya makan steak? Hayoo.." Syaquilla malah tertawa dengan perumpamaan Carina. "Jadi, intinya jangan menyesal sama keadaan. Itu sama saja dengan gak bersyukur. Apa yang kita alami itu sudah takdir. Mendapatkan sesuatu. Kehilangan sesuatu. Itu masing-masing ada hikmahnya. Dan hidup itu berjalan sesuai dengan pilihan yang kita ambil. Baik buruknya itu adalah imbas dari pilihan kita. Jadi jangan berburuk sangka pada Allah. Ingat. Sesuatu yang baik akan berbuah baik. Satu kebaikan akan menghasilkan seribu buah kebaikan yang lain. Tapi jangan harapkan kebaikan dari manusia yang kita baik-baiki. Karena Allah punya trilyunan cara untuk membalas kebaikan kita dengan cara yang gak kita duga. Dan balasan kebaikan kita itu bisa di dunia bisa di akhirat. Bisa dari orang yang bahkan gak kita kenal, gak kita sangka. Mengerti? Dan sekarang, Itan minta kalian jangan terlalu ikut campur pada urusan orang lain. Meskipun itu Papa Qilla sendiri. Memberikan saran boleh, jika diminta. Dan tegur jika orang yang kita sayang melakukan kesalahan. Tapi jangan mencampurinya terlalu dalam. Kecuali jika mereka meminta bantuan. Paham?" Lagi-lagi keduanya mengangguk. "Good. Jadi, stop niatan kalian untuk menjodohkan Itan dan Papa Qilla. Cukup kamu berdoa supaya Papa kamu diberikan jodoh terbaik. Dan kamu mendapatkan Mama baru yang sayang sama kamu. Jangan meminta pengkhususan orang yang harus menjadi jodohnya, karena belum tentu juga Itan itu Mama yang baik. Bisa aja Itan itu ibu tiri yang ada di lagu-lagu. Yang 'hanya cinta kepada ayahku saja'." Ucapnya yang dijawab kikikan kedua remaja itu. Caliana menatap Syaquilla dengan sesuatu yang ia sendiri tak bisa mengartikan perasaannya. Sedih, tentu saja. Melihat kesedihan di wajah remaja itu membuatnya sedih. Tapi siapa yang tidak akan tersentuh jika melihat seorang anak yang ditinggalkan ibu kandungnya saat masih bayi dan kemudian diabaikan sang ayah sampai usianya remaja? Semua orang pasti akan merasa kasihan mendengar kisahnya. Begitupun dengan Caliana. Apalagi mendengar permintaan gadis itu untuk memiliki seorang Ibu. Tentu semakin membuatnya terenyuh. Syaquilla lebih terlihat seperti anak yatim piatu, meskipun kedua orangtuanya masih hidup. Dan seharusnya Adskhan bersyukur anaknya tumbuh menjadi gadis yang baik. Diluaran sana, tidak sedikit gadis remaja yang menjadi pemberontak hanya dengan alasan tak mendapat perhatian kedua orangtuanya. Atau karena tak mendapat apa hang diinginkannya. Tapi Syaquilla tidak sampai sejauh itu. Itu jugalah yang menjadi alasan kenapa Caliana bersedia membantu Adskhan. Hanya supaya Syaquilla mendapatkan kasih sayang ayahnya kembali. Hanya supaya gadis itu kembali bahagia. Bukan untuk membuat Adskhan terpikat padanya. Demi Tuhan, Caliana bahkan tidak pernah membayangkan pernikahan. Apalagi menikah dengan duda yang sudah memiliki anak. Tidak! Caliana tidak siap. Dan Caliana tidak membenci duda. Hanya saja, pikiran terburuknya membuat dirinya sendiri takut. Menikah dengan pria lajang pun masih memiliki resiko dibandingkan dengan mantan pacar. Apalagi menikah dengan duda, duda cerai pula. Masa iya nanti Caliana harus mencemburui mantan istri suaminya yang sebenarnya tidak ia tahu seperti apa wajahnya. Tanpa sadar Caliana menggelengkan kepala. Bagaimana bisa ia menikah. Setelah selama ini ia sendiri tidak pernah pacaran dan selalu menolak pria yang mencoba mendekatinya. Frigid? Sebagian orang memang menganggapnya demikian. Bahkan lucunya, seseorang pernah menggosipkan dirinya sebagai seorang lesbian hanya karena ia tidak pernah berpacaran. Tapi Caliana sendiri yang tahu dirinya. Kalau dia lesbi, mana mungkin dia tergila-gila pada Jensen Ackles saat pria itu main dalam serial Supernatural. Sampai-sampai saking sukanya dia mencetak foto pria itu dan menempelnya di dinding. Dia juga suka pada sosok Ian Somerhalder dan berharap pria itu menjadikannya vampir sampai berangan kalau dia menjadi Nina Dobrev hanya supaya bisa dipeluk Ian. Dan juga memasang foto pria tampan itu sebagai wallpaper sss. Dan tidak mungkin juga dia menggunakan foto Kit Harrington di wallpaper Keyboard ponselnya hanya supaya sering melihat pria berambut keriting dengan kumis dan jambang yang seksi itu. Dia juga sempat berangan menjadi Ibu Naga supaya Kit mau menciumnya. Sayang, si Ibu naga berakhir dibunuh oleh Kit sendiri. Dan Caliana tak mau berakhir seperti itu. Jadi cukup menyukai Kit saja. Kan, Caliana itu gadis normal. Senormal gadis lainnya, dia juga memimpikan kisah cinta. Tapi tentunya bukan dengan duda. Tidak. Jika bisa memilih, dia menginginkan romansa dengan pemuda saleh yang tampan, menawan, romantis dan humoris. Hmm.. seandainya saja ada. ________________________________ Pada nungguin ya.. Spin off Caliana, Bukan Istri Cadangan - Syaquilla's Diary - Ilker's Bride - Terjebak Cinta Pria Italia - To Lost You, I Wont jangan lupa untuk tap ♥️ di cerita ini & cerita lainnya. follow juga akun penulisnya. Info bisa dipantau di OG story Restianirista.wp ya. jangan lupa komeeen
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN