"Aku kasih cincin ini ke kamu, kamu kasih kesempatan kedua ke aku." Luna yang semula tegang perlahan tersenyum. Ia menatap cincin yang sudah tersemat di jarinya dengan perasaan campur aduk. "Ini kesempatan terakhir. Manfaatin sebaik mungkin," ucapnya. Senyum Ardan langsung mengembang. Tanpa menunggu persetujuan, ia berdiri, meraih kepala Luna, lalu mengecup keningnya dengan cepat. Luna langsung melotot, refleks memukul lengan Ardan. "Mas! Nanti dilihat orang!" geramnya, sambil melirik sekitar dengan wajah memerah. Ardan terkekeh pelan. "Enggak. Tenang aja. Pelayan udah masuk ke dapur semua." Luna mendengus kesal, tapi tak bisa menyembunyikan senyum kecil di sudut bibirnya. Setelah selesai makan malam, mereka keluar dari restoran. Mobil masih terparkir rapi di tempatnya, tetapi ali
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari