Pukul sepuluh Dokter Bram datang ke ruang rawat Reyhan bersama seorang perawat. Dia memeriksa kondisi Reyhan sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui keadaan Reyhan yang sebenarnya.
“Berapa lama pemeriksaan ini berlangsung, Dok?” tanya Novi, ingin tahu.
“Pemeriksaannya akan memakan waktu beberapa jam, Bu. Pak Reyhan akan menjalani tes kognitif dan tes darah dulu sebelum melakukan CT Scan siang nanti,” jelas Dokter Bram. “Apa suster sudah memberi tahu agar Pak Reyhan melakukan puasa?” lanjutnya bertanya.
“Sudah, Dok. Mas Reyhan mulai berpuasa setelah sarapan tadi pagi,” beri tahu Novi.
Setelah Mama Imelda pulang, seorang perawat memasuki ruang rawat Reyhan untuk mengecek kondisinya. Dia juga memberi tahu agar Reyhan berpuasa selama beberapa jam sebelum menjalankan pemeriksaan CT Scan.
“Baiklah. Kami akan mempersiapkan ruang pemeriksaannya lebih dulu. Sambil menunggu, Pak Reyhan bisa berganti pakaian menggunakan baju pasien rumah sakit ini,” kata Dokter Bram, menunjuk baju pasien yang ada di tangan sang perawat.
“Baik, Dok,” sahut Novi, menerima baju pasien yang akan digunakan Reyhan dari sang perawat.
Reyhan hanya diam saja mendengarkan percakapan Novi dan Dokter Bram.
Setelah menjelaskan pemeriksaan apa saja yang akan dilakukan Reyhan hari ini, Dokter Bram dan sang perawat berpamitan lalu meninggalkan ruang rawat Reyhan.
“Kamu mau aku bantu berganti pakaian, Mas?” tanya Novi, menatap Reyhan.
“Nggak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri,” jawab Reyhan.
“Baiklah,” sahut Novi. “Ini baju yang harus kamu pakai, Mas,” lanjutnya meletakkan baju yang harus dipakai Reyhan di samping ranjangnya.
Reyhan tak menyahut. Dia hanya mengambil baju pasien rumah sakit ini, lalu mulai melepaskan pakaiannya.
Novi berjalan menjauh selama Reyhan berganti pakaian. Dia tidak ingin membuat Reyhan tak nyaman karena keberadaannya di dekat Reyhan saat berganti pakaian.
oOo
Dua orang perawat mendorong ranjang pasien Reyhan menuju ruang pemeriksaan dengan Novi yang berjalan di belakang mereka. Dia akan menemani Reyhan selama proses pemeriksaan.
“Jangan lupa hubungi Mama agar segera datang ke sini,” perintah Reyhan sebelum masuk ruang pemeriksaan.
“Iya, Mas,” sahut Novi, singkat.
Novi hanya mengantar Reyhan hingga di depan ruang pemeriksaan. Dia akan menunggu di depan ruangan selama Reyhan menjalani proses pemeriksaan. Novi berharap hasil pemeriksaan nanti baik-baik saja dan tidak ada cedera serius di kepala Reyhan.
Novi duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruang pemeriksaan. Dia mengambil handphone dari dalam tas, lalu mencari kontak Mama Imelda untuk meneleponnya sesuai perintah Reyhan.
“Assalamu ‘alaikum, Ma,” sapa Novi, begitu Mama Imelda mengangkat panggilan teleponnya.
“Wa’aikumsalam, Nov,” sahut Mama Imelda dari seberang sana. “Bagaimana? Apa pemeriksaan Reyhan sudah dimulai?” tanyanya seolah tahu alasan Novi menelepon.
“Iya, Ma. Mas Reyhan baru memasuki ruang pemeriksaan. Dia meminta Mama untuk segera datang ke sini,” kata Novi, memberi tahu.
“Mama belum bisa ke sana sekarang, Sayang, masih ada urusan yang harus Mama selesaikan dulu di rumah. Mungkin satu jam lagi Mama baru bisa datang ke rumah sakit,” ujar Mama Imelda
“Ya sudah .... Mama selesaikan urusan Mama dulu, nanti baru datang ke sini,” kata Novi, memaklumi.
“Maaf, ya, Sayang. Kamu harus sendirian menunggu Reyhan di sana,” ujar Mama Imelda dengan nada meminta maaf.
“Enggak apa-apa, Ma. Aku sudah terbiasa menunggu Mas Reyhan sendirian,” kata Novi, menenangkan. “Kalau begitu aku tutup teleponnya dulu, ya, Ma. Assalamu ‘alaikum,” lanjutnya berpamitan.
“Wa’alaikumsalam.”
Jawaban salam dari Mama Imelda mengakhiri panggilan telepon Novi dan sang mertua.
Novi menghembuskan napas panjang. Dia menyandarkan tubuh pada sandaran kursi di belakangnya. Novi kemudian memandang layar handphone yang menampilkan foto dirinya dan Reyhan sebagai wallpaper.
Perlahan Novi mengusap foto dirinya dan Reyhan di layar handphone miliknya. Foto itu diambil saat Novi dan Reyhan berlibur ke Bandung beberapa bulan yang lalu. Di depan vila yang mereka sewa, Reyhan memeluk Novi dari samping sambil mencium keningnya. Reyhan terlihat bahagia di foto itu, begitu juga dengan Novi.
“Segeralah mengingatku kembali, Mas. Aku sangat merindukanmu,” ucap Novi, pelan. Setetes air bening jatuh membasahi layar handphone Novi, membuat wajah Reyhan di foto menjadi buram.
Novi segera menghapus air bening di sudut matanya yang hendak menetes lagi. Koridor rumah sakit di depan ruang pemeriksaan Reyhan cukup ramai oleh lalu-lalang orang. Novi tidak ingin ada orang yang melihat ia menangis.
oOo
Reyhan masih berada di dalam ruang pemeriksaan saat Mama Imelda tiba di rumah sakit. Dia menghampiri Novi yang masih setia menemani Reyhan di depan ruangan.
Novi tersenyum begitu melihat sang mertua datang menghampirinya. “Ma,” sapa Novi, memandang Mama Imelda.
“Reyhan masih belum keluar dari ruang pemeriksaan, Nov?” tanya Mama Imelda, duduk di sebelah Novi.
“Belum, Ma,” jawab Novi, menggelengkan kepala. “Mama datang ke sini dengan siapa?” tanyanya kemudian.
“Mama datang sendiri diantar Mang Kusno, Nov,” jawab Mama Imelda. “Papa masih di kantor, nanti sore baru datang ke sini,” lanjutnya menambahkan.
Novi mengangguk, mengerti.
“Kamu sudah makan siang, Sayang?” tanya Mama Imelda, ingin tahu.
“Belum, Ma.”
“Kenapa belum makan, Nov? Ini sudah hampir jam dua,” kata Mama Imelda, menatap jam di tangannya.
“Aku belum lapar, Ma,” ucap Novi, beralasan.
“Kamu harus tetap makan walaupun enggak lapar, Nov. Saat ini kamu sedang hamil. Kamu nggak boleh mengabaikan nutrisi untuk janin yang ada di dalam kandungan kamu,” kata Mama Imelda, mengingatkan.
Novi terdiam. Dia mengusap perutnya yang masih datar. Novi memang belum makan siang, tapi dia sudah memakan roti dan biskuit yang tadi pagi dibelinya sambil menunggu Reyhan selesai menjalani pemeriksaan.
“Sebaiknya kamu makan sekarang, Nov. Kamu bisa makan di kantin rumah sakit ini,” saran Mama Imelda.
“Tapi Mas Reyhan—“
“Mama yang akan menunggu Reyhan di sini, Nov,” kata Mama Imelda, memotong perkataan Novi. “Mama akan memberi tahu kamu kalau Reyhan sudah keluar dari ruang pemeriksaan,” lanjutnya menambahkan.
“Baiklah.”
Novi menuruti saran Mama Imelda untuk makan siang di kantin rumah sakit. Dia bangkit dari kursi tempatnya duduk selama beberapa jam terakhir ini. Novi kemudian berpamitan pada Mama Imelda sebelum berjalan menuju ke kantin rumah sakit yang berada di dekat lobi.
oOo
Novi memesan soto ayam dan teh manis hangat sebagai menu makan siangnya. Jam makan siang yang telah lama berlalu membuat suasana kantin sepi pengunjung. Novi memilih duduk di bangku yang dekat dengan jendela agar ia bisa melihat suasana di luar rumah sakit. Letak rumah sakit ini yang berada di pusat kota Jakarta membuat jalanan di depan rumah sakit tidak pernah sepi dari kendaraan yang berlalu-lalang.
Novi menyantap menu makan siangnya tanpa selera. Selain belum lapar, dia juga mengkhawatirkan keadaan Reyhan yang hingga kini belum keluar dari ruang pemeriksaan. Novi hanya menghabiskan separuh isi mangkok soto ayamnya. Dia meneguk teh manis hingga habis, lalu bergegas meninggalkan kantin rumah sakit.
Saat Novi berbelok di koridor yang mengarah ke ruang pemeriksaan Reyhan, dia melihat pintu ruangan itu terbuka. Novi segera mempercepat langkahnya menuju Mama Imelda yang telah berdiri di depan ruang pemeriksaan.
“Ma,” panggil Novi, saat tiba di dekat ruang pemeriksaan.
Mama Imelda menoleh. Dia terlihat menghela napas lega saat melihat kehadiran Novi di dekatnya.
“Mas Reyhan sudah selesai melakukan pemeriksaan, Ma?” tanya Novi, ingin tahu.
“Iya, Sayang. Sebentar lagi Reyhan keluar ruangan,” beri tahu Mama Imelda.
“Alhamdulillah,” ucap Novi, mengucap syukur.
Novi dan Mama Imelda tersenyum saat melihat Reyhan yang masih berbaring di ranjang pasien, keluar ruang pemeriksaan dengan di dorong oleh dua orang perawat yang sebelumnya membawa ia ke tempat ini. Mereka bergegas menghampiri Reyhan untuk melihat keadaannya.
“Bagaimana kondisi kamu, Rey?” tanya Mama Imelda, menatap Reyhan yang tampak kelelahan.
“Aku baik-baik saja, Ma, hanya sedikit lelah,” jawab Reyhan. “Mama sudah lama tiba di sini?” tanyanya kemudian.
“Iya, Rey. Sejak tadi Mama menunggu kamu di depan ruang pemeriksaan bersama Novi,” kata Mama Imelda, memberi tahu.
Novi tersenyum saat Reyhan melirik ke arahnya.
“Apa hasil pemeriksaan Reyhan sudah bisa diketahui, Dok?” tanya Mama Imelda ketika melihat Dokter Bram keluar dari ruang pemeriksaan juga.
“Belum, Bu. Kami masih menganalisis pemeriksaan yang telah dilakukan Pak Reyhan tadi. Saya akan memberi kabar pada Ibu kalau hasil pemeriksaannya sudah keluar,” ujar Dokter Bram.
“Baik, Dok,” sahut Mama Imelda.
“Baiklah. Kalau begitu saya pergi dulu, masih ada pasien yang harus saya periksa,” pamit Dokter Bram.
“Iya. Terima kasih, Dok.”
oOo