Aku memarkir si Cepek di halaman sebuah rumah kosan kemudian berjalan ke warung angkringan nasi kecil yang ada di seberang rumah kos yang terlihat sepi itu. Aku di Salatiga sekarang. Lebih tepatnya di depan rumah kosan Putri, gadisku yang paling cantik dan seksi. Oke, semuanya cantik dan semuanya seksi tapi masing-masing kan punya kelebihan jadi nggak bisa dibandingin gitu. Kata orang bukan apple to apple jadi incomparable, ngerti nggak kalian kalau aku pake bahasa intelek kek gini? Wkwkwkwkwk. "Bu, ngampil koreke angsal?" tanyaku pelan ke si Ibu pemilik warung sambil mengeluarkan Surya 16 dari saku jaketku. "Jenengan pendhet mawon teng mriku Mas," jawab si Ibu, "ngunjuk nopo mboten?" "Teh anget mawon Bu nggih," jawabku sambil meraih korek api yang digantung ke tiang kayu dan diikat de

