"Kalau Abah beneran ngamuk? Aku bakalan ngapain ya?" gumam Nisa, bahkan setelah dia berbaring di kamarnya. Entah kenapa, Nisa tiba-tiba teringat kejadian itu. Kejadian yang dia alami saat dia masih berseragam putih abu-abu. Saat Nisa masih merasa dirinya polos dan bahkan percaya kalau tanpa bantuan Abah-nya, dia yakin bisa hidup bersama kekasihnya. Nisa tersenyum. Saat itu, dia masih gadis remaja polos. Di dalam kepalanya, hanya ada cinta dan kekasihnya. Dia tak pernah berpikir panjang dan menganggap kalau dunia berputar di sekitar mereka berdua. Setiap pagi, Nisa akan bangun lebih pagi dan ikut membantu memasak di dapur, lalu dia akan membawakan bekal sarapan untuk cowok itu. Sesampainya di sekolah, Nisa akan selalu tersenyum ceria sambil menunggu sang kekasih datang di kantin yang b

