“Aku berencana tinggal di Indonesia lebih lama, Bram!” ungkap Ambar di acara makan malam keluarga yang diadakan oleh kedua keluarga konglomerat—orang tua Bramasta dan orang tua Ambar. “Terserah.” Ambar tersenyum sinis dan mengejek “tidak memohon lagi agar aku tinggal lebih lama dan mempertahankan pernikahan, rupanya asisten miskin itu sudah membuatmu lupa siapa dirimu, ya?” cibirnya. Bramasta memutar-mutarkan gelas winenya dnegan malas, menatap cairan merah yang bergerak bebas di dalam gelas itu. “Aku berhenti merendahkan diriku untuk memohon. Kamu selalu bilang aku bebas mencari perempuan lain, asal kita tidak bercerai lalu kenapa sekarang kamu risau?” “Bukan risau, Bram. Aku hanya mengingatkan. Takut kamu lupa kalau aku tidak akan pernah melepasmu, aku akan terus membuatmu menjadi su

