Tubuh Kirana luruh di lantai, dia menangis dalam ketidak pastian. Sepi, sakit dan rasa terhina. Orang bilang karma terbaik itu bukanlah luka, cacat atau kemiskinan tapi rasa hampa dan bersalah serta sendirian. Kirana merasakannya saat ini. Dia mengusap air matanya dengan kasar, kemudian dia menuju kamar mandi memenuhi bathtub dengan air, tanpa melepas bajunya dia masuk kesana. Dia biarkan air menyentuh dan menyusup ke pori-porinya, rasa dingin merayap dan membuat hatinya senyap. Bramasta sangat marah dengan penolakannya. Dia pantas marah karena mungkin sudah mengeluarkan banyak uang, melakukan banyak pengorbanan. Sedang Kirana begitu saja menolaknya. Padahal dia memang tak lebih dari sebuah barang yang sudah dibeli. Hak milik Bramasta. "Kamu pikir dengan menolakku, luka itu akan hilang?

