Jiangnan Case, almost Done

1959 Kata
Wei Xiao Yue tidak tahu harus bagaimana. Bukan karena dia tidak tahu caranya merawat orang yang sakit, tapi ucapan Baili Qing Shi tadi membuat kepalanya kembali sakit. Seolah-olah otaknya dipaksa untuk membuka ingatan masa lalu, Wei Xiao Yue melihat kenangan-kenangan samar muncul di kepalanya. "Jenderal! Kau baik-baik saja?!" Lin Bo baru saja tiba saat dia melihat Wei Xiao Yue meringkuk di tepi ranjang Baili Qing Shi dengan tangannya memeluk kepalanya. "Aku baik-baik saja. Aku akan keluar untuk beristirahat. Kau, cepatlah kompres kepala Xiao Baili, kepalanya sangat panas di udara yang dingin ini." Setelah mengatakan hal itu, Wei Xiao Yue menopang tubuhnya menggunakan tangannya sendiri dan berniat keluar dari kamar. Kaki Jenderal Wei Xiao Yue belum menyentuh ambang pintu, tapi tatapannya kembali teralihkan oleh pedang Baili Qing Shi yang tergantung di dinding. Ukiran bertuliskan 'Xiao Baili' terlihat jelas. Wei Xiao Yue mengabaikannya dan segera pergi dari kamar. Saat matahari semakin naik dan mulai berusaha menghangatkan bumi, Baili Qing Shi yang pingsan selama beberapa jam itu akhirnya siuman. Panasnya berangsur-angsur turun, dia terbangun saat hembusan angin meniup jendela kamarnya. Saat matanya terbuka, orang pertama yang dia lihat adalah Yifu-nya. Wei Xiao Yue yang beberapa saat yang lalu itu mengatakan akan beristirahat, memutuskan untuk kembali dan menjaga Baili Qing Shi. Saat Baili Qing Shi bangun, Wei Xiao Yue tengah duduk dengan kedua lengannya bersilangan di atas dadanya, matanya tertutup dan dia terlihat damai. Baili Qing Shi bangun untuk menutup jendela, tapi sebelum dia berhasil melakukan hal itu, Wei Xiao Yue sudah bangun untuk menutup jendela itu, "Kau sudah pulih?" "Maafkan aku karena telah membangunkan Yifu." Suara serak Baili Qing Shi terdengar. "Aku tidak tidur." Wei Xiao Yue duduk kembali, dia menunjuk sesuatu di atas meja, "Buburmu. Makanlah. Rasanya tidak seenak masakan pelayan Baili Fu, tapi setidaknya itu bisa mengisi tenagamu." "Tidak. Jangan dimakan dulu!" Wei Xiao Yue tiba-tiba menghentikan tangan Baili Qing Shi yang baru saja akan mengambil mangkuk kayu itu. "Lin Bo!" Dalam sekejap, Lin Bo tiba, "Ya Jenderal!" "Panaskan bubur itu. Aku tidak tahu caranya merawat orang sakit, tapi aku tahu kalau makanan dingin tidak akan banyak membantu. Berikan irisan jahe juga, sedikit pedas jauh lebih baik." Kata Wei Xiao Yue dengan wajah acuh tak acuh. Baili Qing Shi, "….." Wei Xiao Yue bangkit dari kursinya, dia baru saja akan berbalik untuk pergi, tapi dia kembali berbalik ke arah Baili Qing Shi. Jari telunjuknya yang ramping menujuk Baili Qing Shi, "Nak, urusan kita belum selesai. Aku akan menghitung semua kesalahanmu saat kita sudah menyelesaikan urusan di Jiangnan!" Baili Qing Shi terkekeh, "Ahehehe, Yifu, kau terlalu menyeramkan saat ini!" *_ Berita terlukanya Baili Qing Shi telah sampai ke telinga kakak sepupunya, Liu Qianfan. Marquis Liu telah mendapatkan surat dari Lin Bo. Tapi untuk beberapa alasan, Liu Qianfan memilih untuk tidak melaporkan hal ini pada Permaisuri Liu Lishu. "Marquis, ada apa?" Zhao Ying, pelayan keluarga Marquis Liu bertanya setelah dia melihat wajah tuannya berkerut. "Tidak ada." Marquis Liu mengambil kuasnya lalu mencelupkannya ke dalam tinta hitam, sembari menulis dia juga berbicara, "Zhao Ying. Aku harus pergi ke Changan untuk beberapa hari. Kirimkan surat ini ke bibiku, sampaikan padanya bahwa aku tidak bisa pergi menemuinya saat ini." "Dimengerti." Pemuda Zhao Ying segera meninggalkan Liu Manor untuk melaksanakan perintah Marquis Liu. Di istana sendiri masih tidak ada yang mendengar kabar bahwa sesuatu yang besar telah terjadi di Jiangnan. Dan Permaisuri Liu yang telah mendapatkan surat dari keponakannya, bukannya merasa tenang, tapi merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya. Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menunggu kabar baik lainnya. Sementara itu, kapal penjajah Dong Yang akhirnya berlayar pergi. Walaupun mereka tidak secara resmi mengibarkan bendera putih tanda menyerah, tapi setidaknya mereka berhasil dilumpuhkan untuk saat ini. Jenderal Hiro dan pasukannya harus mundur setelah mereka mendapatkan kiriman barang dari Jenderal Wei Xiao Yue. Itu adalah mayat Panglima Takashi dan Haruto. Mayat keduanya masih utuh, kepala keduanya masih menyatu dengan tubuhnya. Jika saja perintah untuk mengirim mayat pemimpin pasukan Dong Yang itu tidak dikeluarkan oleh Wei Xiao Yue, maka bisa dipastikan mayat kedua orang yang cukup berpengaruh dalam pasukan penjajah itu akan hancur dan mengenaskan. Pasukan istana adalah pasukan dengan spesialisasi membunuh dan merusak. Jika mereka diberikan sepotong daging, maka mereka akan melumatnya sampai hancur. Apalagi jika itu adalah musuh, kemungkinan untuk kepala panglima Takashi dan kepala Haruto dipamerkan di gerbang ibukota Luoyang menjadi semakin besar. *_ Dua hari kemudian, setelah Wei Xiao Yue mendapatkan surat dari Ouyang Yuze, dia bergegas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di Jiangnan. "Aku akan pergi ke kantor pemerintahan Jiangnan. Laporan tentang keterlibatan Xue Fang dengan penjajah harus segera diberikan pada Yang Mulia Kaisar." Wei Xiao Yue menatap Baili Qing Shi yang masih bersandar di tempat tidurnya, "Jangan berbuat onar lagi. Aku akan kembali untuk menjemputmu." Baili Qing Shi, "Aku mengerti Yifu." Baili Qing Shi, "Yifu…" Wei Xiao Yue berbalik, "Apa?" "Petugas yang tempo hari kita temui, saudara Jin. Jangan lupa untuk memberikannya hadiah, kau sudah berjanji padanya." Ujar Baili Qing Shi. Wei Xiao Yue memamerkan gigi putihnya saat dia dengan angkuh berkata, "Kau yang berjanji, bukan aku. Untuk apa kau melibatkan Yifu-mu ini?!" "Satu kata terakhir yang keluar dari mulut Yifu adalah jawabannya." Baili Qing Shi yang terluka tidak bisa tersenyum terlalu lebar, "Karena kau adalah Yifu-ku." Percakapan tidak berguna ayah dan putra angkat itu akhirnya berakhir saat Wei Xiao Yue pergi keluar untuk menyelesaikan urusannya. *_ Kolusi antara walikota Jiangnan, Xue Fang dengan penjajah Dong Yang telah tersebar ke seluruh penjuru Jiangnan. Wei Xiao Yue, setelah mendapatkan dekrit Kaisar secara dadakan akhirnya memimpin inspeksi. Adanya komplotan pengkhianat lain mengharuskan Wei Xiao Yue melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. "Jenderal, ini adalah surat yang berhasil kami temukan di Xue Fu. Di sini ada sejumlah pejabat pemerintah Jiangnan yang terlibat menerima suap dari penjajah Dong Yang." Salah satu petugas berkata, "Mereka takut untuk berhadapan dengan Dong Yang, jadi mereka lebih memilih untuk tunduk." Sebelum Wei Xiao Yue melaporkan hal ini pada Kaisar, dia terlebih dahulu telah mendapatkan surat yang berisi keterlibatan Xue Fang atas kolusi dengan Dong Yang. Surat itu adalah surat yang diambil oleh Baili Qing Shi dengan nyawanya sebagai taruhannya. Jadi itulah alasan Jiangnan aman selama tiga tahun belakangan ini. Perbatasan bahkan nyaris damai, tapi tidak sampai menyentuh tahun keempat, perang kembali terjadi. "Kaisar memakan umpan mereka." Kata Wei Xiao Yue pada Ouyang Yuze. Ya, para pasukan yang tinggal di perbatasan telah berada di Jiangnan. Putra Mahkota Li Jin yang nyaris kehilangan kehidupannya kini telah berada dalam perawatan tabib. Ouyang Yuze, "Maksudmu…" Sejumlah rakyat mengeluhkan tingkah laku pewaris tahta yang sangat miskin tata Krama itu. Beberapa petisi untuk melengserkan putra mahkota dikirim ke istana. Kaisar Li Wei mungkin sudah kehilangan akal, jadi dia tanpa banyak berpikir mengirim Li Jin ke perbatasan dengan harapan pewaris tahtanya itu akan membalikkan keadaan. Rencana lain dan lebih cermat dimiliki oleh Xue Fang. Xue Fang tidak bodoh, dia bisa dikatakan cerdas. Saat berita bahwa Putra Mahkota akan datang ke Jiangnan sampai ke telinganya, Xue Fang dengan liciknya menawarkan kesepakatan pada Jenderal Hiro. Harga nyawa rakyat Jiangnan memang penting, dan Xue Fang sebagai seorang pemimpin tentu saja ingin rakyatnya aman. Tapi kesabaran Jenderal Hiro benar-benar setipis kulit bawang. Jadi untuk menghindari kebrutalan penjajah Dong Yang, Xue Fang menjadikan Putra Mahkota sebagai kompensasi. Hal ini juga tidak lepas dari pengaruh Kasim Yan. Kasim Yan telah hidup lama di istana, dia mengabdi atau lebih tepatnya pura-pura mengabdi pada Li Jin. Tapi jauh daripada itu, dia hanyalah seorang pria dengan dendam mendalam yang ingin dia balaskan pada keluarga Kekaisaran. Maka dengan dua skema inilah, Putra Mahkota yang sembrono itu nyaris kehilangan nyawanya. Wei Xiao Yue, "Itu benar. Ini adalah jebakan. Lebih dari itu, aku takut jika Xue Fang lain akan tumbuh. Kepercayaan rakyat pada pemerintah tidak bisa berkurang. Jika sedikit saja mereka terbuai oleh 'kebaikan' penjajah, maka kemungkinan untuk dinasti ini akan runtuh menjadi semakin besar." Ditemani oleh Wakil Jenderal Ouyang, Jenderal Wei Juni-o-r pergi ke pusat pemerintahan kota Jiangnan. Dari luar kantor itu terlihat sangat sibuk. Nampaknya mereka sedang melakukan 'pembersihan.' "Xiao Yue, aku mendapat berita dari bawahan kita." Ouyang Yuze tidak turun dari kudanya, dia berkata, "Istri dan anak Xue Fang ditemukan tewas. Kemungkinan besar mereka bunuh diri. Ada belati penuh darah di samping mayat keduanya." "Kuburkan mereka." Kata Wei Xiao Yue. Sebelum Wei Xiao Yue sempat melangkah masuk ke dalam kantor pemerintahan Jiangnan, seorang petugas tiba-tiba menghampirinya dengan senyuman merekah di wajahnya. Itu adalah petugas Jin, petugas pemerintahan kecil yang ditemui oleh Baili Qing Shi. "Jenderal, kau ada di sini." Sapa petugas Jin. Wei Xiao Yue tentu saja tahu kalau orang seperti Jin ini adalah orang yang sangat menyukai pujian. Itu tidak salah dan sangat manusiawi, hanya saja itu membuat Wei Xiao Yue sedikit risih. "Kita bertemu lagi saudara Jin." Kata Wei Xiao Yue. Tidak perlu mengatakan niatannya datang ke kantor pemerintahan Jiangnan, petugas Jin pasti sepenuhnya telah mengetahui hal ini. "Kalian semua terlihat sibuk." Jenderal muda Tang Agung itu tidak masuk, dia hanya berdiri di depan bangunan. Tapi suaranya yang keras mampu untuk membuat setiap manusia yang bergerak menjadi diam. Ekspresi wajah Wei Xiao Yue yang ramah telah lama menghilang, berubah menjadi ekspresi bengis, "Wakil walikota Jiangnan, berserta sepuluh pejabat tertinggi, aku ingin kalian semua maju ke depan!" Maka sebelas orang pun maju ke depan. Wei Xiao Yue, "Kasus yang melibatkan Walikota Jiangnan, Xue Fang, tergolong sebagai kejahatan tertinggi nomor dua setelah pemberontakan! Dan aku telah menerima dekrit dari Kaisar. Untuk itu, penyelidikan akan segera dilakukan. Siapapun, sekecil apapun, jika kalian semua terlibat dalam kasus ini, maka kalian akan menerima hukuman pancung!" Penyelidikan khusus ini dilakukan untuk memberantas pengkhianat negeri. Dengan alasan apapun, berkolusi dengan musuh atau penjajah, maka hukumnya adalah hukuman mati! Karena kasus ini tidaklah semudah itu, maka tentu saja diperlukan banyak waktu untuk melakukan penyelidikan. Dan hal ini tentu saja membuat Putra Mahkota Li Jin jengkel. "Sebenarnya kapan kita akan kembali ke Luoyang?!" Terlihat kesal, Li Jin kembali membuat keributan dengan membanting meja. "Tidak perlu terburu-buru." Tanpa terduga, Wei Xiao Yue yang baru saja kembali dari kantor pemerintahan Jiangnan masuk ke tenda Putra Mahkota. Wei Xiao Yue membungkuk, "Kondisi Yang Mulia sudah sehat dan membaik, menunggu satu hingga dua hari, aku rasa itu tidak terlalu sulit." Li Jin, "Apa yang terjadi, kenapa kasus ini menjadi semakin serius?" "Tidak Yang Mulia. Kasus ini dari awal memang tidak segampang apa yang kita pikirkan. Yang Mulia hampir berada dalam bahaya. Maafkan aku karena tidak berhasil menjaga Yang Mulia. Dan juga," Wei Xiao Yue, "Berhati-hatilah mulai hari ini. Tidak semua orang yang berada di dekat Yang Mulia itu adalah orang baik. Yang Mulia adalah Putra Mahkota dan calon Kaisar, jadi Yang Mulia tidak bisa terlalu melonggarkan kewaspadaan Yang Mulia." "Terimakasih juga karena Yang Mulia telah memberikan kami tanda. Jika bukan karena tetesan darah yang membeku itu, maka akan sangat sulit menemukan Yang Mulia." Ujar Wei Xiao Yue. Li Jin, "Satu jari pengkhianat seperti Kasim Yan bukan masalah besar." Ya, tetesan darah yang berhasil ditemukan oleh Wei Xiao Yue itu bukanlah darah Putra Mahkota, melainkan darah Kasim Yan. Saat situasi tidak menguntungkan menimpan Li Jin, Putra Mahkota Kekaisaran Tang itu masih sempat untuk memotong salah satu jari Kasim Yan dan menggunakan darahnya sebagai tanda. Wei Xiao Yue, "Ucapanku tadi, aku harap Yang Mulia mau mempertimbangkannya." Li Jin diam dan tidak berniat untuk membalas ucapan Wei Xiao Yue. "Ini adalah saran dariku. Aku tidak berhak menggurui Yang Mulia karena Yang Mulia bukan muridku." Wei Xiao Yue kemudian membungkuk dan berbalik pergi. Li Jin tiba-tiba memanggilnya, "Jenderal." Wei Xiao Yue berbalik, "Ya, Yang Mulia?" Li Jin, "Tidak bisakah kau mempertimbangkannya sekali lagi. Jadilah guruku, maka aku akan melupakan segala hal di masa lalu." Wei Xiao Yue tersenyum, "Jawabanku masih sama dengan jawaban beberapa tahun yang lalu Yang Mulia. Selain itu, aku masih memiliki seseorang untuk aku didik." Wei Xiao Yue, "Aku pamit."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN