38

1518 Kata

Oooom." Kutoel lagi pinggangnya. Ia menepis tanganku dengan tatapan terus ke arah lain. Aku tertawa kecil. "Om." "Apa, laaah!" Ia akhirnya menoleh, aku lagi-lagi tertawa. Ia mendelik, aku tersenyum menggodanya. Kukerlingkan mata. "Om malu sama aku?" Aku menoel pinggangnya. Ia melengos. "Apa laah, kauu." "Nggak papa." Aku lagi-lagi tertawa dengan tatapan terus ke arahnya. Ia mengalihkan pandang dengan wajah malu. "Put, aku ni dari tadi berdebar-debar terus aku ni. Takut aku kena serangan jantung." Dibawanya tanganku ke dadanya. Terasa sekali detak jantungnya. Itu membuatku berlama-lama memperhatikan wajah Om Redi. Perasaanku sungguh berbunga-bunga. "Mungkin, itu karena Om lagi belajar mencintaiku, jadinya terus berdebar, deh." Aku tak berhenti memandang wajahnya yang tampak ingin tah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN