POV Putri "Kau jangan ganjen-ganjen, kau. Awas sampai kau dekat-dekat dengan si cecunguk itu." Sepanjang jalan menuju rumah ayah, Om Redi terus mengomel. Kami baru saja dari rumah Nenek memberitahu besok aku ke Jakarta. Masih pagi jam 8 lewat, matahari hangat menyinari. Aku sesekali menyapa tetangga yang bertemu di jalan. "Put, kau dengar tak, sih, aku cakap dari tadi?" Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala. Tanganku melingkari perutnya. "Dengarlah, Om." "Dengar tapi diam saja dari tadi aku cakap." "Itu karena Om bilang berkali-kali sampai aku bosan." "Haaah, kau ni. Kau tu orangnya labil. Aku tu tau watak kau." "Aku ni takut, nanti kau bawa tangan Zaki ke d**a kau!" Om Redi menyentak napas keras. Aku yang terkejut langsung menegakkan tubuh, peganganku pada perut Om Redi terlep