Ponsel kembali bergetar, ada panggilan masuk dari Nara setelah sejak semalam pesannya tidak direspon. Entah kenapa ia merasa muak dengan kelakuan istri keduanya itu. Sebuah rasa yang ia sesali kenapa tidak hadir sejak dulu. Apa karena dibutakan oleh tubuh se*si dan begitu terobsesi hingga mengabaikan akal sehatnya kala itu? Bahkan tangisan Melati tak membuatnya tersentuh. Sekarang setelah Melati tak lagi menangis untuknya, dia baru sadar. Kalau sang istri telah mencapai puncak tertinggi sebuah penerimaan. Bukan menerima ia bermadu, tapi siap untuk perpisahan. Setelah Melati ikhlas menerima dan berusaha bangkit dan pergi dari hidupnya, sekarang Akbar baru mulai merasakan luka karena kehilangan. Akbar mencoba menghubungi Melati dan mengabaikan pesan dari Nara. Namun panggilannya tetap ta