"Mbak, baru pulang kerja?" tanya Melati. Lagi-lagi menahan gejolak dalam benaknya. Ia yakin, kedatangan gadis itu tidak sekedar untuk minum atau memesan makanan. Dia butuh teman seperti yang ia ceritakan beberapa waktu yang lalu. Bisa juga ingin bertemu Saga. Dugaan yang terakhir ini membuat Melati was-was. "Iya, dari kantor aku langsung belok ke sini. Mau nganterin undangan buat Saga. Habis Salat Maghrib nanti ada acara tasyakuran di rumah nenekku. Kamu datang, ya!" Melati menyodorkan kertas undangan warna putih pada Saga. "Keluargaku dari Surabaya sore tadi juga baru nyampe sini," tambah Alita lantas berdiri lagi. "Aku pamit dulu. Mari, Mel." "Tunggu!" tahan Saga. Alita tidak jadi melangkah. "Maaf, aku tak bisa datang." "Kenapa?" Dahi Alita mengernyit heran. Melati juga menatap su