"Astaghfirullah. Jangan sembarangan bilang cerai, Ma. Biar Akbar mengambil keputusan sendiri. Terserah dia mau lanjut atau berhenti. Soal orang tua Nara, mereka itu tamu di rumah kita. Kita tetap harus menghormatinya. Apapun permasalahan, mari kita bicarakan baik-baik." Pak Norman memandang ke arah putranya. "Pikirkan apa yang papa bilang sama kamu tadi siang, Nak." Akbar mengangguk pelan. "Perempuan kotor seperti itu mau kamu pertahankan jadi istri?" Bu Rista emosi. Hilang sudah kekagumannya pada Nara yang dulu di elu-elukan setengah mati. "Dulu dapat Melati yang baik, tapi malah mama yang dukung Akbar untuk berpoligami. Sekarang tau Nara seperti apa, sibuk nyuruh cerai." Bu Rista menatap suaminya tidak terima. "Lalu Papa dulu kayak apa. Menikah lagi di saat Akbar masih seusia Moana,