“Sebenarnya, apa mau kamu?” Itulah yang ibu Livya tanyakan ketika mereka sama-sama duduk. Ibu Livya duduk di ujung sofa panjang, sementara Arina duduk di sofa tunggal. “Memangnya apa yang ingin Mama tahu?” jawab Arina yang justru balas bertanya. Arina memang tenang, tetapi kedua matanya menatap serius kedua mata ibu Livya yang menatapnya tajam. Alih-alih menjawab, ibu Livya yang sampai mengangkat dagunya sambil bersedekap hanya untuk menatap Arina, justru berdiri. Sebuah amplop putih terbilang panjang besar, ibu Livya ambil dari bawah bantal sofa di sebelahnya. Ibu Livya menaruh amplop tersebut tepat di depan Arina. “Apakah amplop ini sebuah penawaran?” tanya Arina yang tetap menatap lurus kedua mata ibu Livya. Tak sedikit pun Arina melirik amplop putih yang ditaruh mama mertuanya di