Happy Reading. Kamar itu terasa begitu sunyi. Yolla memandangi berkas-berkas di tangannya dengan tatapan kosong. Matanya kembali membaca ulang isi surat itu, berharap ia salah paham. Namun kata-kata di sana begitu jelas, mencatat sebuah perjanjian yang sah tentang penjualan ginjal. Nama ibunya tercetak rapi di bagian atas dokumen, lengkap dengan tanda tangan yang tak asing. Tenggorokannya terasa kering. Ia menggeleng pelan, mencoba menolak apa yang baru saja diketahuinya. Selama ini, Yolla selalu percaya bahwa biaya kuliahnya dulu berasal dari utang ibunya kepada seorang teman dekat. Ibunya selalu berkata, "Ini bukan bantuan cuma-cuma. Suatu saat nanti, kita harus membayarnya." "Alhamdulillah ya Bu, ada yang mau bantu." "Iya, ibu ngutang temen. Dia baik banget, sekarang kamu harus r