Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Gatel gak ya? Dia kan udah naik angkot, udah keringetan juga. Akhirnya Jarvis memeluk Meida sambil menatap langit-langit dan berfikir, ternyata tidak ada reaksi berlebihan. “Aman sih.” “Bapak ngapain peluk saya?” tanya Meida menodorong pelan Jarvis supaya tidak tersinggung. “Awas, saya masih nggak nyaman sama bapak.” “Kalau gak nyaman, gimana nanti jadi pasangan suami istri?” “Ya kan semuanya juga butuh proses, Pak.” Jarvis kembali duduk. “Udah jangan nangis, kamu minum dulu biar agak tenang.” Saat Meida sudah duduk, dia mengedarkan pandangan. “Mana minumnya?” “Ambil sendiri, kamu gak ada niatan buat nyuruh saya ‘kan?” Hadeuhhh apa yang Meida harapkan dari seorang Jarvis. Dia akhirnya mengambil minumnya sendiri. Kalau ada makanan sisa Jarvis, Meida akan menghabiskannya. Maklum Jarvi

