Aku sedikit merasa tidak enak saat bertemu Bagas esok harinya, mukanya yang lumayan ganteng meski kalah jauh dariku semakin kalah jauhhhh dengan bengkak dan memar membiru. Tatapannya seakan hendak membunuhku, tapi aku langsung bungkam dengan sekotak DVD sebagai bayaran atas usahanya membantunya meski failed total.
"Sorry Bro... gue nggak nyangka dia bisa karate, gue pikir Briana type cewek menye menye dan manja yang nggak bisa apa-apa, sepertinya strategi gue salah untuk menarik perhatiannya" Bagas mengacuhkanku dan sibuk memeriksa kotak DVD yang aku bawakan tadi.
"Ckckck gue nggak pernah ingkar janji... semua yang lo inginkan ada didalam DVD itu dari MILF, Teen dll dan Gay juga ada, silahkan menikmati sampai lo impoten hehehehe" mata Bagas berbinar-binar, ya siapapun tau hobby Bagas yang doyan mengoleksi berbagai jenis video bokep dan demi memintanya membantuku menaklukkan Briana, dengan terpaksa aku menggunakan jaringan diperusahaan Ayah untuk mendownload berbagai jenis video. Mudah-mudahan Ayah nggak tau niatku datang ke kantornya beberapa hari yang lalu bukan karena merindukannya tapi menggunakan fasilitas kantor untuk mendownload video bokep yang berjumlah ratusan, ah tidak ribuan yang aku simpan kedalam 50 keping DVD.
"Makasih Bro, lo emang sahabat gue terbaik!!!! Dengan DVD ini gue bisa semakin kaya dengan bisnis perbokepan hihihi" ckckckc dasar otak mafia, semua hal dijadikan uang, "eh iya, gue cuma mau bilang satu hal sama elo... tidak mudah menaklukkan wanita sombong dan belagu seperti Briana jika dandanan lo masih kayak anak ABG, heloowww lo kira dia bakal mau jalan sama anak ingusan yang masih memakai kaos superman, jeans belel, tas ransel, kacamata segede t***t miyabi, ditambah sepatu kets yang gue yakin mungkin terakhir lo cuci tahun kemarin" sambungnya lagi setelah menilai penampilanku dari atas sampai kebawah.
"Serius gue masih kayak ABG? Apa jangan-jangan Briana susah gue dekati karenan dandanan gue ini? Tapi rasanya gue dandan nggak cupu-cupu amat, kaos supermen dan jeans belel gue pakai karena baju gue nggak ada yang bersih lagi, keasyikan belajar jadi lupa persediaan baju menipis... tas ransel karena buku dan laptop, eh masalah kacamata lo lebay banget sih mana mungkin t***t miyabi sekecil ini, sepatu kets juga gue pakai karena ini kado dari Ara" balasku menjelaskan alasan kenapa dandananku terkadang suka nggak nyambung dengan jurusan kuliah yang aku ambil.
"Ikut gue... gue ubah lo jadi laki-laki manly, mature dan idaman para wanita... tapi ini semua nggak gratis lohhh, lo mau keren... bayarannya 50 DVD lagi, full ye jangan Cuma 10 atau 5 menit doang, langganan gue nggak doyan main short time" meski aku yakin rencana yang melibatkan Bagas akan failed lagi, tapi untuk kali ini aku membiarkan saja dan mengikuti apapun rencananya.
Kami menuju salon khusus laki-laki dewasa, didalamnya berbagai type laki-laki ada, dari yang straight sampai yang belok, maksudnya belok kanan belok kiri hihihi. Oke kembali fokus dengan rencana Bagas, entah apa yang mereka bicarakan tapi aku melihat Bagas menyerahkan sebuah kotak DVD dan lawan bicaranya memberi tanda OK sambil melihatku dari atas.
"Ayo... kita ubah Rovan cupu menjadi Rovan dewasa, pujaan kaum hawa..." kami dibawa masuk kesebuah ruangan khusus untuk tamu penting, oke deh demi menjalankan rencana besar berapapun biaya akan aku keluarkan. Penara rambut menyuruhku untuk duduk, dia menilaiku sejenak sebelum memulai pekerjaannya. Bagas memilih duduk disofa dan sibuk dengan transaksi-transaksi mesumnya.
Aku melihat penata rambut merapikan rambutku, menanggalkan kacamataku dan menggantinya dengan kontak lens yang semakin menambah tajam tatapanku, setelah puas mengobrak abrik bagian kepala, penata rias membawaku lagi kesebuah ruangan dan berbagai jenis pakaian bergantungan diruangan itu, pakai baru bahkan tag harganya saja masih ada.
Penata Rias menyerahkan tanggungjawabnya kepada Penata Gaya yang tak kalah kemayu dari dirinya. Penata Gaya juga menilai penampilanku dan beberapa gerutuan keluar dari mulutnya.
"Yey gantungan eh ganteng... sayang penampilan yey mengecewakan, akika akan bikin yey semakin tampan dengan balutan baju ini... ini... dan ini" beberapa mode baju diserahkan kepadaku dan menyuruhku untuk mencoba berbagai jenis baju yang aku lihat harganya jutaan ini. Baiklah bukannya kalo mau cantik itu harus rela sakit eh kalo mau ganteng harus rela mengeluarkan duit tidak sedikit.
Satu persatu baju aku coba dan walau merasa ini bukan diriku yang sebenarnya tapi demi bisa meluluhkan hati es Briana mau tidak mau, rela tidak rela aku bersedia mengubah diriku menjadi orang lain.
"Okeeeee selesai!!!" Bagas mengalihkan matanya dari layar ponselnya dan mengerutkan kening saat melihatku berubah 180 derajat dari Rovan yang katanya cupu tadi.
"Nah seperti ini yang bakal membuat wanita kejat kejut bagian atas dan bawah" ckckck asal banget, dia kira aku bakal rela jadi objek fantasi m***m perempuan.
"Bayar gih... dan madam Sherly, karena gue sudah bawakan ikan kakap yang rela merogoh kocek untuk menggunakan jasa lo... gue tunggu tranferan 10 % dari total belanjaan kawan gue" buset!!! Ternyata dia juga memalak pemilik salon ini dan 10 %... itu berarti EMPAT JUTA!!! Gilaaaaaaa.
"Siappp darling... Madam akan transfer 20 % plesssss bayaran DVD batangan milik yey... madam bakalan begadang demi menikmati DVD dari yey" Madan Sherly mengedipkan matanya dan aku hanya bisa menepuk jidat melihat ulah sahabatku yang mata duitan. Ampunnnnn nggak lagi deh datang kesini ternyata mereka tadi transaksi DVD berisi bokep gay ckckckk.
****
Aku menunggu Briana didepan sanggar tari dengan membawa bucket mawar, kali ini hanya ada satu mawar pink. Pukul 5 sore aku melihat Briana keluar bersama teman-temannya sambil tertawa, penampilannya kali ini terkesan jauh dari sosok Briana yang aku kenal. Wajahnya terlihat polos tanpa sapuan make up, bajunya juga tertutup meski masih menampilkan lekuk tubuhnya, rambut ikalnya diikat kuncir.
"Bri, fans lo datang lagi tuh... gilaaa makin kece dari hari ke hari, kalo lo nggak mau buat gue aja" ujar salah satu sahabatnya, dia menatapku dari atas sampai kebawah... lalu berusaha mengubah topic pembicaraan temannya.
"Ah iya, nanti malam ada farewell party-nya Monica di club... lo datang ya" aku masih berdiri didepan lobby dengan mawar masih berada ditanganku.
"Sorry, bokap gue mau bikin pengajian nanti malam... sorry y ague nggak bisa ikut" balas temannya, ini kesempatan baik.
"Ya sudah gue pergi sendiri... enak ya jadi lo, bisa hidup ditengah bokap dan nyokap, sedangkan gue..." dia membuang nafas, wajah angkuh dan sombong yang selalu ditunjukkan hilang seketika berganti kesedihan dan iri.
"Gue pulang ya... bye" temannya melewatiku dan melambaikan tangan, setelah temannya pergi Briana mendekatiku dan berbisik ditelinga.
"Lo pikir dengan mengubah gaya lo dari anak ingusan menjadi wow seperti ini, gue bakalan luluh... sorry ya gaya bisa diubah tapi usia nggak akan menipu, tapi gue ancungi jempol karena usaha lo yang nggak kenal kata menyerah... jadi gue berbaik hati memberi lo 3 ujian... ujian pertama jika lo berhasil melewati, gue akan dengan senang hati berteman dengan lo, ujian kedua jika lo kembali berhasil melewati, gue akan dengan senang hati mencoba berhubungan dengan lo dan jika ujian terakhir lo berhasil melewati, gue bersedia jadi istri lo... gue nggak mau pacaran, jika mau langsung nikahi... ya lo tau sendiri gue perawan tua jadi nggak ada kata pacaran dikamus gue" aku shock mendengar ucapannya, menikah? Bahakan sedikitpun tidak pernah terlintas untuk menikahi wanita iblis seperti Briana, tapi sisi ego-ku tertantang. Toh nanti kami bisa bercerai jika aku sudah berhasil membalas semua dendamku.
"Oke fine... silahkan sebutkan apa ujiannya"
"Nope... bukan sekarang dan nggak akan gue bilang... lo tau sendiri apa ujiannya jika gue akhirnya bilang 'lo lolos' jika lo memang lolos dari ujian yang gue beri" Briana mengeluarkan senyum iblisnya dan melewatiku begitu saja setelah mengambil mawar dari tanganku, oke lo jual gue beli.
"Ah satu lagi..." dia menghentikan langkahnya dan menghampiriku lagi, "temani gue ke pestanya Monica... gue males dirempongi cewek-cewek rese di club jika mereka bertanya siapa gandengan gue, lo terlihat dewasa dengan gaya lo kali ini dan gue yakin mereka nggak akan percaya jika lo baru berusia 18 tahun" undangannya membuka jalanku untuk semakin berdekatan dengan Briana.
"Oke..." balasku penuh percaya diri.
Briana menyeret tanganku untuk mengikutinya ke mobil sedan sport merah miliknya "Kita kemana? Lo mau pulang atau ke butik untuk ganti baju pesta?" tanyaku, dia menggeleng dan menutup cap mobil miliknya. Dia berusaha menjangkau sesuatu yang diletakkan dibelakang hingga jarak kami hanya beberapa senti, karena dekat aku bisa mencium aroma parfume serta shampoo yang tercium langka dihidungku.
"Nah ini dia" ujarnya setelah mendapat sebuah kantong kertas bertuliskan 'Channel', Briana mengeluarkan gaun mini dan tiba-tiba dia membuka kaos yang menutupi tubunnya begitu saja didepanku tanpa sedikitpun malu. Aku membuang nafas dan membuang muka kearah kaca, oke mungkin ini ujian yang diinginkan Briana, apa aku seperti lelaki lain yang tergoda melihat wanita setengah telanjang didepanku dan langsung menerkamnya, sorry... aku sama sekali tidak tertarik meski dia full naked didepanku.
"Tolong... tangan gue nggak sampai" aku kembali mengarahkan mata kedirinya dan melihat punggung putih nan mulus tanpa adanya Bra menghadapku.
"Ayo buruan..." perintahnya lagi, aku menarik resleting gaunnya.
"Sudah" balasku, dia memutar tubuhnya dan aku melihat gaun mininya melekat ketat ditubuh dan membuat sebagian payudaranya menyembul keluar. Briana mengeluarkan tas kecil dari tas olahraganya dan mulai memulas wajahnya dengan kosmetik yang entah apa namanya.
"Lo biasa ganti baju didepan cowok?" entah kenapa aku tertarik bertanya tentang apa yang barusan dia lakukan didepanku.
"Nggak, hanya lo dan kakak gue... gue tau orientasi kakak gue yang nggak bakal doyan cewek" balasnya acuh sambil memasang benda aneh dibulu matanya. Tidak butuh waktu lama, wajah polosnya berubah bentuk menjadi semakin dewasa, sexy dan binal.
"Lets go..." dia mengemudikan sedan sport merahnya dengan kecepatan tinggi, saat lampu merah aku melihat nama Ara dilayar ponselku, aku tau dia pasti minta dijemput pulang... aku mendiamkan dan kembali fokus menjalankan rencanaku.
"Lo... kenapa bisa jatuh cinta sama gue?" tanya Briana tiba-tiba.
"Bukannya cinta nggak butuh alasan?... jadi jika lo bertanya kenapa gue jatuh cinta sama elo, gue akan jawab.. mungkin Tuhan sudah mengarahkan panah cinta gue ke jantung elo" dia tertawa terbahak-bahak, tawa yang penuh dengan kesinisan.
"Cinta? Bullshit!!! Jika cinta itu ada... kakak gue nggak akan berubah haluan seperti itu, jika cinta itu ada orangtua kandung gue nggak bakal membuang gue begitu saja..." dia mengeram dan menutup mata, aku melihat diujung matanya airmata hendak turun.
"Hahaha kenapa gue malah terbuka didepan anak ingusan seperti elo ya... ah anggap saja elo batu yang belum mengerti jika kehidupan itu berat bukan hanya untuk bicara tentang cinta dan cinta" ujarnya meremehkanku, aku menarik rem tangan mobilnya dan sedan sport merah itu langsung berhenti diujung jalan. Untungnya nggak ada mobil lain, Briana menatapku marah "lo kalo mau mati... mati aja sendirian jangan ajak-ajak gue!!!" aku menarik pinggangnya dan langsung mencium bibirnya. Entah dari film apa aku belajar, yang terpenting dia harus tau batu ini bisa membuatnya terbang kelangit ketujuh.
Oh Tuhan!!! Kenapa susah untuk melepaskan diri dari bibir wanita iblis ini, ciuman yang awalnya terpaksa lama-lama berubah panas dan menggila, Briana semakin liar dan binal membalas ciumanku bahkan tanpa sadar tanganku mengarah ke payudaranya, s**t!!! Aku tetap lelaki normal!!.
Shitttt lagi!!! Tangannya mengarah ke celanaku!!!
****
Tbc