Tara menatap dirinya di depan cermin besar. Tatapannya menembus dasar hatinya yang terdalam. Memainkan sebuah permainan berbahaya dengan dendam sebagai prime booster-nya hampir membuat Tara terperosok ke dalam lubang yang dibuatnya sendiri. Perasaan itu datang tiba-tiba dan tidak bisa diusir dengan segera. Tara mencoba menganalogikan Bastian dalam permainannya sebagai layang-layang dan ia sendiri adalah yang memainkan layang-layang itu. Setinggi apa pun posisi Bastian dan kastanya, Tara akan tetap bisa menarik-ulur perasaannya sendiri dan menjadi pengendali perasaan Bastian. Ia bertekad untuk itu. Apalagi, saat ini Bastian sudah masuk ke dalam perangkapnya. Ia tidak akan melepaskan pria yang sudah memorakporandakan hidup adiknya hingga memutuskan untuk mengakhiri hidup. Suara hak sepatu

