“Kita sudah sampai, Tuan, dan aku bisa jalan sendir—” “Diam.” Feli mendengus kasar. Akhirnya ia pasrah membiarkan Jerrald menggenggam jemarinya memasuki lobby apartemen, DENGAN-AMAT-SANGAT-TERPAKSA, LAGI! Wajah Feli terlihat gusar. Ia takut jika sang majikan mendengar jantungnya yang berdetak n4kal setiap kali berada di dekat pria ini. Pria ini semakin bersikap seenaknya, yang anehnya membuat Feli merasa nyaman, tapi tak nyaman secara bersamaan. Sudah beberapa hari ini Feli tidak dibiarkan berjalan sendiri tanpa dituntun. Feli jadi merasa seperti berjalan dengan daddy-nya, tapi ini berbeda. Ini Jerrald, bukan sang daddy. Pria yang berjalan di sampingnya ini adalah pria yang telah mer3nggut cium4n pertamanya. Diam-diam, Feli selalu mengingat rasa bibir sang majikan sampai detik ini.