Dante mengemudikan mobilnya dengan perasaan was-was. Giana yang duduk di sebelahnya hanya diam, dengan raut wajah begitu sedih. Meski sudah tidak ada air mata di wajah wanita itu, tapi Dante bisa merasakan betapa sakitnya hati Giana karena harus mengingkari perasaannya sendiri. Giana yang dikenal tangguh dan tegar, kini terlihat rapuh di hadapan Dante. “Dia laki-laki baik, aku bisa merasakan itu,” ucap Dante memecah kesunyian di dalam mobil. Suara Dante tetap membuat Giana bergeming, seperti pikirannya sedang berada di tempat lain. “Apa kamu yakin buat ninggalin dia?” Giana menoleh karena pertanyaan Dante. “Kenapa Mas nanya gitu dan kenapa Mas bisa tau kalau Erlan laki-laki yang baik?” “Giana, kamu bisa liat sendiri bagaimana dia meyakinkan kamu untuk bertahan. Saat laki-laki sampai m