Keluarga Felix pamit pulang, setelah mereka makan malam bersama di rumah Kayla. Mamanya Felix menghampiri Kayla, lalu memeluknya dengan lembut. Maura, wanita paruh baya itu memeluk calon mantunya dengan hangat.
Maura sendiri sudah menyukai Kayla sejak suaminya menunjukkan foto Kayla padanya. Mulai dari penampilan, pekerjaan, dan kepribadian Kayla sangat-sangat cocok untuk mendampingi Felix yang semrawut.
"Mama pulang dulu, ya?" pamit Maura sambil melepaskan pelukannya.
"Iya, hati-hati di jalan, Tan - "
"Ssst ... panggil mama, dong?" pinta Maura sambil tersenyum, dan hal ini membuat Kayla berat untuk menolak permintaan Maura.
"I - iya, hati-hati di jalan, Ma." Kayla tersenyum canggung.
Maura pun langsung masuk ke dalam mobil, di mana Deri dan Felix sudah menunggunya. Setelah kepergian keluarga Felix, Kayla pun langsung masuk ke dalam rumah. Mencuci piring, lalu setelah itu kembali ke kamarnya untuk menggambar lagi.
Karena besok adalah jadwal up dirinya, sedangkan dirinya tak punya tabungan bab. Konsentrasinya buyar, saat ponselnya berdering. Hanya ada dua orang yang tau nomor ponselnya, editornya dan adiknya.
Siapa yang menelpon malam-malam begini? Apalagi ini hampir dini hari?
Kayla pun mengambil ponselnya yang ia simpan di atas tempat tidur. Matanya langsung menyipit, saat nomor asing menghubunginya. Seingat Kayla, dia tak pernah memberikan nomor ponselnya pada siapa-siapa.
Mengabaikannya, lalu kembali melanjutkan agenda menggambarnya. Tapi sialnya ponselnya lagi-lagi berdering, dengan nomor yang sama.
Kayla mengalah, dia akhirnya mengangkat telepon itu. Detik berikutnya suara tak asing langsung menyapa indera pendengarannya.
"Udah tidur?" tanya lelaki itu.
"Ini siapa?" tanya Kayla ingin memastikan, kalau tebakannya tidak salah.
"Aku, Felix."
"Oh, ada apa?"
"Tadi kita duduk di halaman, kan? Coba periksa, ada sapu tangan jatuh nggak?" pinta Felix mengiba.
"Besok aja, boleh? Ini udah malem, aku nggak berani keluar sendirian," rengek Kayla emang dia penakut. Kalau gadang pun lampu kamarnya harus dinyalakan semua, kalau ke kamar mandi harus bawa ponsel biar nanti di dalam bisa musikan.
"Sekarang aja, nanti aku temenin."
"Besok, ya?" tawar Kayla lagi.
"Sekarang, ya? Soalnya itu dari pacar aku."
Entah memang Kayla tak memiliki perasaan terhadap Felix, atau memang karena hatinya buatan Tuhan sehingga tahan banting, kokoh dan terpercaya? Bukankah setidaknya di sini Felix harus menjaga perasaan Kayla, kan? Meski keduanya tidak memiliki perasaan apa-apa, tapi setidaknya keduanya sudah terikat, bukan?
"Iya."
Pada akhirnya Kayla mengalah, mungkin Kayla pun akan bersikap seperti Felix, memaksa seseorang saat benda berharganya tak ada di dalam genggamannya.
Mulut Kayla komat-kamit, membaca doa yang ia hafal. Meminta perlindungan pada Tuhan, agar ia tak bertemu dengan sesuatu yang menyeramkan. Akhirnya Kayla sudah sampai di halaman samping rumahnya.
Bergegas mencari sapu tangan milik Felix, pemberian dari pacarnya. Sambil ditemani oleh Felix melalui telepon, Kayla terus mencari benda berbentuk segi empat itu di atas rumput Jepang.
"Gambar apa?" tanya Kayla sambil terus menerangi area rumput dengan senter melalui ponselnya.
"Warna pink, gambar Doraemon," jelas Felix dengan serius. Kalau sampai sapu tangannya hilang, bisa-bisa pacarnya minta putus.
Entah setia atau goblokk, Felix mau bertahan dengan wanita yang posesifnya minta ampun. Urusan pekerjaan pun pacarnya itu tak bisa memberikan toleransi. Yang membuat orang tua Felix gerah adalah, Felix dilarang cemburu saat dirinya sedang bermesraan dengan lelaki lain atas nama pekerjaan.
Hal inilah yang membuat Maura gerah. Sebenarnya anaknya itu dikasih pelet apa? Sampai-sampai nurut begitu? Berbagai cara sudah Maura lakukan, untuk memisahkan Felix dengan kekasihnya dan selalu gagal.
"Doraemon itu harusnya warnanya biru, kan?" tanya Kayla saat merasa ada yang janggal dari perkataan Felix.
"Udah, buruan cari!"
Akhirnya mata Kayla pun melihat benda segi empat di dekat ayunan tempatnya duduk. Berwarna dasar pink, dengan gambar Doraemon yang kecil-kecil di setiap jengkalnya.
"Ada?" tanya Felix memastikan.
"Iya, ada."
"Ya udah, aku ambil sekarang, ya."
Pernyataan Felix membuat Kayla melongo. Ini sudah malam, dan lelaki itu mau mengambil sapu tangan ini? Rela menempuh perjalanan jauh, dari apartemen lelaki itu sampai ke rumahnya? Haruskah Kayla berbohong, dengan berpura-pura tak menemukannya?
"Eh nggak ada masa. Aku salah liat," dalih Kayla.
"Yang bener, ada nggak?" tanya lelaki itu sekali lagi.
"Iya, ga ada. Aku masuk ke rumah sekarang, ya. Ini udah malem banget."
"Yah, yaudah deh. Maaf ya udah ganggu."
"Iya, gapapa."
Kayla pun masuk ke dalam rumah, tak lupa juga dia memasukkan sapu tangan milik Felix ke dalam saku baju tidurnya. Kembali duduk di depan meja belajarnya, dan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda akibat telepon dari Felix tadi.
****
Tidur cantik Kayla terganggu, saat tangan dingin menyentuh wajahnya. Mata bulat itu perlahan-lahan terbuka, mencoba menatap seseorang yang ada di hadapannya.
"Kamu ga akan bangun?"
Suara lelaki yang Kayla kenali terdengar di indera pendengarannya. Hal itu mampu membuat mengumpulkan nyawa-nyawa Kayla yang masih berceceran di luar.
"Lho, Felix?" gumam Kayla kaget, saat mendapat Felix ada di dalam kamarnya.
"Panggil mas, dong! Sopan dikit sama calon kamu ini!"
Kayla langsung tersenyum tipis. Calon katanya? Di saat Felix sendiri sudah punya pacar? Bukannya Kayla cemburu, gadis itu hanya sedang menertawakan nasibnya sendiri.
"Mau ngapain ke sini?" tanya Kayla sambil merenggangkan otot-ototnya yang kaku.
"Mau ngambil sapu tangan!"
"Ini masih pagi, dan kamu udah nyamper ke sini jauh-jauh?"
"Mas, panggil aku mas!" titah Felix sekali lagi.
"Iya, mas dateng pagi-pagi cuma mau ngambil sapu tangan aja? Aku udah bilang, kalau sapu tangannya belum ketemu."
Felix terkekeh, dia tak percaya dengan perkataan Kayla. Sejak subuh tadi dia sudah datang ke rumah Kayla, mencari sapu tangan di tempat dia dan Kayla duduk semalam. Tapi hasilnya nihil, dan Felix yakin kalau dia tak sengaja menjatuhkan sapu tangannya saat sedang bersama Kayla.
Apalagi ditambah penuturan dari mamanya Kayla, yang memergoki anaknya keluar malam-malam. Saat ditanya sudah apa, Kayla bilang habis mencari flashdisk punya Felix yang jatuh.
"Kenapa? Kamu cemburu?" tanya Felix sambil mengungkung Kayla dengan tangannya.
Kayla menatap mata Felix, menyelami diri lelaki itu melalui sorot matanya. Satu hal yang baru Kayla sadari, ternyata Felix itu tampan. Wajahnya Indonesia banget, tinggi tubuh kira-kira 180cm, dengan kulit sawo matang, rambut yang tertata rapi dengan pomade, rahang tegas, hidung bak perosotan anak TK.
Kenapa Tuhan menciptakan rupa Felix dengan sangat sempurna?
Beruntungnya Felix tak memiliki sifat yang dapat meluluhkan hatinya. Saat ini Kayla dapat menilai kalau Felix itu tipe laki-laki yang nyebelin di saat bersama orang yang tidak dia sukai. Tapi berbanding terbalik saat dia bersama wanita yang dia sukai.
"Aku ga cemburu, tuh!" ucap Kayla sambil mendorong tubuh Felix, agar menyingkir dari hadapannya.