Langit mendung menggantung di atas kota Bandung ketika Lira membantu Revan memasukkan koper terakhirnya ke dalam kamar utama rumah yang akan menjadi tempat tinggal sementara Revan. Seharian ini ia berusaha menahan emosi dan memastikan bahwa ia tetap tersenyum di depan Revan dan Alin, meskipun di dalam hatinya ada perasaan waswas yang terus menghantui. “Kamu yakin bisa sendiri di sini, Mas?” tanya Lira untuk kesekian kalinya. Tangannya masih sibuk merapikan tumpukan pakaian di lemari jati di sudut ruangan. Revan yang sedang memasang bingkai foto pernikahan mereka di atas meja kerja kecilnya tersenyum sambil menggeleng. “Aku baik-baik aja, Lira. Ini kan cuma sementara. Begitu semua urusan di kantor beres, aku akan langsung jemput kamu dan Alin. Lagipula, di sini kan ada Mang Nawi yang bant