Falisha membuka matanya. Cahaya lampu membuatnya silau. Kepalanya Benar-benar terasa seringan bulu. Tapi tubuhnya, terasa nyeri di seluruh tempat. "Sayang?" seperti yang sudah menjadi kebiasaannya. Suara itu selalu menjadi pembuka kala ia terbangun dari tidur panjangnya. Ia menoleh ke kanan dan melihat ibunya tengah menatapnya cemas. Seperti biasa, Falisha berusaha tersenyum, tapi ia tak yakin yang muncul di wajahnya kini sebuah senyuman atau sebuah ringisan. "Ma.." setinggi apa nada suara yang ia keluarkan? Falisha sendiri tak yakin. Tapi ibunya jelas mendengarnya. Karena wanita yang telah melahirkannya itu menyahut lirih. "Ya, kamu mau sesuatu." "Ranjangnya...naikkan..." pintanya dengan usaha yang bisa ia lakukan. Ibunya mengangguk dan menaikkan ranjang tempat tidurnya sampai ia bi