Malam harinya, Ara sudah tertidur pulas meninggalkan Kenzo yang masih duduk di kursi dengan mata yang terbuka lebar.
Kenzo menatap ke arah ponselnya, bibirnya bergumam pelan untuk membaca saldo yang tersisa di rekening banknya.
"Jangan pikirkan apapun, aku akan melakukan yang terbaik untuk kamu." Bisik Kenzo yang langsung saja berdiri dan mencium kening istrinya lama.
Sebulan berlalu dengan sangat cepat, Ara sudah mulai sehat dan beraktifitas seperti biasanya. Hanya saja Ara tidak bisa keluar rumah seperti pesan suaminya saat itu.
"Ara, mama mau pergi ke acara sama papa, mungkin akan pulang dua hari lagi."
Suara mama mertuanya yang terdengar dari luar kamar membuat Ara turun dari ranjangnya dan berlari ke arah luar untuk membuka pintu.
"Mama pikir kamu tidur," kata Andini seraya mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala menantunya.
"Belum ma," jawab Ara pelan.
"Mama sama papa akan pergi menghadiri pesta, karena jaraknya cukup jauh jadi mama sama papa mungkin akan menginap selama dua hari. Kamu baik-baik di rumah sama Kenzo ya." Kata Andini mengulangi kata-katanya.
Ara yang mendengarnya pun langsung menoleh ke arah lain, mencari keberadaan suaminya yang belum juga pulang malam ini.
"Kenzo belum pulang, tapi sudah ada diperjalanan. Kamu nggak perlu takut sendirian." Lanjut Andini memberitahu menantunya itu.
"Kenzo sibuk banget ya ma?" Tanya Ara pelan.
"Sepertinya begitu," jawab Andini pelan.
Sebenarnya setelah pulang dari kantor, putranya mengambil pekerjaan lain. Sebenarnya Andini sudah melarangnya, tapi putranya bilang ingin mandiri dan segera mendapatkan uang untuk membeli rumahnya sendiri.
"Dia sering pulang larut malam akhir-akhir ini," balas Ara dengan suara pelan.
"Kamu kalau keberatan bilang sendiri sama Kenzo, apalagi kamu lagi hamil." Kata Andini yang langsung saja membuat Ara menundukkan kepalanya dalam.
Dirinya masih saja membohongi semua orang dengan kehamilannya yang gagal itu. Setelah pulang dari rumah sakit pun suaminya baru menyentuh dirinya tiga kali dan sampai saat ini dirinya belum mendapatkan tanda-tanda akan hamil lagi.
"Iya ma, mama berangkat saja dulu." Jawab Ara yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Andini.
"Nanti tolong bantu Kenzo buat panaskan makanannya ya, besok dan selanjutnya beli makanan dari luar saja. Kenzo tidak bisa masak." Kata Andini berpesan lagi.
Ara pun mengangguk dan membiarkan mama mertuanya pergi meninggalkan kamarnya. Ara kembali masuk ke dalam kamar dan menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan malam itu.
Sebenarnya Ara curiga jika suaminya itu benar-benar memiliki pasangan lain di luar sana, hanya saja Ara tidak terlalu ingin memperdulikan karena dirinya juga tidak menyukai suaminya. Hanya saja, entah kenapa dirinya merasa sedikit tidak nyaman saat memikirkannya.
Ara mengambil ponselnya dan memainkannya sambil berdiri, rasanya sangat sepi. Jika saja dirinya di rumah pasti ada kegiatan karena mamanya yang selalu sibuk di dapur.
Pelukan dari belakang yang tiba-tiba membuat Ara sedikit terkejut dan hampir saja mendorong suaminya yang entah kapan datangnya.
"Terkejut ya?" Tanya Kenzo pada istrinya.
"Tadi ketemu sama mama papa?" Tanya Ara pelan.
"Tidak," jawab Kenzo yang langsung saja melepaskan pelukannya dan memutar tubuh istrinya untuk menatap ke arahnya.
Ara pun terdiam, diam-diam matanya menatap ke arah wajah suaminya, mencari sesuatu yang bisa ia jadikan bukti atas tuduhan yang mengganjal di hatinya.
"Ada apa?" Tanya Kenzo seraya menyentuh wajahnya sendiri.
"Masih jelek." Jawab Ara yang langsung saja membuat Kenzo tertawa saat mendengarnya.
"Aku lelah tahu, harusnya saat aku datang kamu memberiku ciuman." Kata Kenzo sedikit merajuk pada Ara. Bahkan bibirnya juga maju ke depan.
Ara pun mendekatkan wajahnya dan mencium pipi kanan kiri suaminya dengan cepat.
"Mandilah dulu, aku akan panaskan makanannya." Pinta Ara seraya membalikkan badannya untuk meletakkan ponselnya kembali ke atas nakas.
"Aku bisa makan makanan dingin kok, kamu tidak perlu repot-repot." Jawab Kenzo yang langsung saja membuat Ara menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa?" Tanya Ara pelan.
"Jika aku ingin melakukannya sekarang apa boleh?" Tanya Kenzo dengan suara pelan.
Ara terdiam, meneliti wajah suaminya dan tersenyum tipis.
"Kamu pasti habis melihat sesuatu yang seksi di luar bukan? Mangkanya kamu langsung meminta setelah sampai di rumah." Tanya Ara dengan penuh selidik.
"Aku tidak melihat apa-apa di luar, aku hanya membayangkan kalau kita hanya berdua di rumah sepanjang perjalanan." Jawab Kenzo dengan jujur.
"Kamu ingin melakukannya di mana saja? Dapur?" Tanya Ara dengan tertawa pelan.
"Tidak masalah, aku akan melakukannya dengan hati-hati agar kamu dan dia tidak kesakitan." Jawab Kenzo yang langsung saja membuat Ara memukul pelan lengan suaminya.
"Sebelum itu kamu harus makan dulu," kata Ara yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kenzo.
"Ganti baju atau sekalian mandi, aku akan ke dapur untuk memanaskan makanannya." Lanjut Ara lagi.
"Kita benar-benar akan melakukannya di dapur?" Tanya Kenzo sedikit tak percaya.
"Pikiranmu benar-benar hanya ada itu ya? Aku kan sudah bilang akan memanaskan makanan buat kamu. Aku tidak bilang menunggumu di dapur untuk melakukannya." Jawab Ara dengan sedikit kesal dengan pemikiran suaminya itu.
"Aku benar-benar gila karena memiliki istri seperti kamu. Tiada hari tanpa berkhayal menyentuhmu." Kata Kenzo yang langsung saja membuat Ara tertawa dan memukul suaminya lagi.
Ara keluar kamar dan meninggalkan suaminya. Ara tidak kesal dengan apa yang dikatakan oleh suaminya, karena dulu dirinya pernah mendapatkan pernyataan yang lebih menyakitkan lagi dari mantan kekasihnya. Kenzo adalah suaminya, jadi dirinya tidak akan menghentikan semua khayalan yang ada di kepala laki-laki itu. Lagi pula, ini juga bisa dikatakan waktu yang pas untuk terus berhubungan dengan suaminya agar dirinya bisa segera hamil.
Di dalam kamar, Kenzo yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung berjalan ke arah almari untuk mengambil pakaian gantinya. Tadi dirinya izin pulang lebih awal karena mamanya mengabarkan jika mereka akan pergi. Kenzo tidak ingin membiarkan istrinya di rumah sendirian dan ketakutan.
Besok weekend, jadi dirinya bisa istirahat di rumah dan menemani istrinya jalan-jalan. Istrinya meskipun tidak pernah pergi keluar, tapi istrinya tidak berhenti untuk meminta dibelikan tas bermerk yang mahal.
Awalnya Kenzo ingin mempermasalahkannya, tapi saat dirinya pergi berbelanja dengan mertua dan istrinya, Kenzo merasa malu. Karena saat bersama mamanya, istrinya meminta dibelikan banyak hal pada mamanya, sedangkan saat bersamanya istrinya hanya meminta satu jenis saja, itupun dirinya tidak berhenti mendumel dalam hati.
Setelah selesai berganti, Kenzo menyusul istrinya ke dapur dan menemukan istrinya yang tengah berdiri memanaskan sayur untuk makan malamnya. Kenzo mendekati istrinya dan memeluknya dari belakang, mencium leher istrinya yang selalu harum itu. Kenzo akui, istrinya benar-benar merawat tubuhnya dengan sangat baik, tidak ada satupun cacat yang ia temukan ditubuh istrinya.
"Besok mau beli apa? Atau mau jalan-jalan ke mana?" Tanya Kenzo pelan.
"Besok kita akan di rumah saja dan menghabiskan waktu berdua, aku tidak ingin keluar." Jawab Ara seraya menolehkan wajahnya ke belakang dan mencium bibir suaminya cepat.
"Aku tidak akan bisa berhenti jika kamu menggodaku seperti ini." Bisik Kenzo seraya menggerakkan tangannya untuk meraba p****t istrinya yang menonjol kebelakang itu.
"Lakukan semaumu, tapi setelah kamu makan malam." Jawab Ara yang langsung saja mematikan kompornya dan melepaskan pelukan suaminya.
"Lusa, ayo pergi ke rumah mama. Aku kangen sama mereka." Ajak Ara seraya mengambilkan nasi untuk suaminya.
"Aku juga kangen masakan mama." Jawab Kenzo yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Ara.
Ara pun mengambilkan makanan untuk suaminya, begitupun Kenzo yang menerimanya dengan baik. Menghabiskan makanan yang diambilkan oleh istrinya dengan sangat lahap.
Tbc