Tantrum Elegan

1127 Kata

Aku melirik Vella sekilas, lalu memutar badan menghadap Mahendra. Senyumku kubuat semanis mungkin, dengan nada yang— jujur saja, bikin aku geli sendiri. “Sayang—” panggilku pelan, sambil menatap Mahendra dengan puppy eyes, mata memelas penuh harap seperti anak kecil yang minta dibelai. Mahendra spontan menoleh. Ekspresinya agak kaget—mungkin karena aku belum pernah memanggilnya begitu—tapi langsung tersenyum kecil. “Tanganku sakit. Kayaknya gara-gara tadi pagi pukul Raka,” lanjutku dengan nada merengek. “Sampai sekarang masih cenat-cenut.” “Cenat-cenut,” ulang Nina pelan, suaranya seperti sedang menahan tawa. Aku pura-pura mengabaikannya. “Aku bahkan gak bisa angkat sendok sendiri. Padahal aku lapar banget, Sayang—” Mahendra menaikkan sebelah alisnya, lalu mencondongkan tubuh ke arah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN