Si Paling Kaya

1045 Kata

Sejak resmi berpacaran dengan Mahendra, waktuku bersama Nina jadi jarang. Padahal dulu hampir setiap akhir pekan kami selalu bersama—keliling mall, makan, nonton, bahkan nongkrong sampai larut malam. Nina sempat ngambek karena merasa aku menomorduakannya. Untuk menebus kesalahan, hari ini aku menemaninya belanja. Aku bahkan bilang akan membelikan baju yang dia pilih. “Kamu habis dapat bonus tahunan ya, Ay?” tanya Nina saat kami masuk toko. “Kalau aku dapat, kamu juga dapat, kan?” balasku sambil tersenyum. “Iya juga. Tapi yakin mau beliin aku baju? Masih pertengahan bulan loh.” “Tenang. Aku ada tabungan. Lagipula bayaran dari Mas Mahen sudah cair.” “Bayaran apa?” “Kamu lupa? Aku masih kerja sama Mas Mahen untuk publikasi di media, supaya isu dia dengan Livia reda.” Nina menggeleng s

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN