"Wuidihhhh pengantin baru kerjanya manyun mulu, dipanggilin dari tadi diem aja sih," lamunanku terusik dengan kedatangan Ramiano yang berdiri dengan gaya sengaknya di depan pintu ruanganku. Untung kakak ipar, andai orang lain pasti wajah biasanya itu sudah tidak berbentuk lagi. "Biasa aja," balasku lesu. Dia kemudian masuk dan duduk di depanku. Aku kembali menghela napas. Melamum menjadi hobby baruku kini, semenjak menikah entah kenapa pikiranku penuh dengan Ramiana. Di tambah dia masih belum percaya kalau kami sudah pernah gituan, rasanya harga diriku terkoyak-koyak sembilu. Begini ya rasanya diperlakukan wanita sekejam Ramiana. Kayaknya aku kena karma deh. Aku juga makin bingung kenapa beberapa hari ini rasanya pengen dekat terus dengannya dan enggan berpisah, meski Ramiana selal