Nicholas terus saja menghela napas sejak beberapa saat yang lalu setelah dirinya mengetahui semuanya. Saat ini ia berada di kantin rumah sakit, duduk berhadapan dengan sang istri. “Kenapa? Menyesal menghajar kakak ipar Renata setelah kau tahu semuanya?” tanya Monica kemudian menyesap teh hangatnya. Cuaca sedikit mendung di luar, ia membutuhkan minuman yang menghangatkan tubuhnya. “Menyesal? Tidak sama sekali,” jawab Nicholas. Tanpa menurunkan cangkir teh hangatnya, dipandangnya suaminya itu dengan alis sedikit berkerut. “Tetap saja dia sudah berani mengkhianati adiknya. Jika dia bersama Renata, dia tak perlu berpikir dua kali untuk mengkhianati Renata.” Monica hanya diam kemudian meletakkan cangkir tehnya ke atas meja. “Lalu, bagaimana dengan suami Renata sendiri? Dia juga telah m

