Vijfenveertig

1561 Kata

“Hei, kenapa bilang begitu?” Jen berbisik, menyenggol lengan Adit keras. “Memangnya kenapa?” Adit mengedikkan bahu, merasa tak bersalah. Jen mendengus. Entah kenapa, ia merasa dijebak. “Terima kasih sudah mau datang ke sini, Gis.” Ucap Rangga tiba-tiba. Laki-laki itu tersenyum meski sorot matanya masih terlihat sendu. Dua jam lalu, usai mengantarkan Hans ke bandara, tiba-tiba Adit meneleponnya. Memintanya untuk datang ke kediaman Rangga. Awalnya Jen enggan. Namun, Adit berhasil membujuknya dengan menyampaikan bahwa Rangga sangat membutuhkan seseorang yang bisa mendukungnya saat ini dan Adit sendiri tidak bisa melakukan peran itu. Selain karena energinya sudah habis untuk mengurus berbagai hal terkait likuidasi perusahaan, ia juga tak pandai menghibur orang lain. Dan akhirnya, Jen menu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN