"Ya, astaga …." Vio mendesah pelan saat membuka mata dan mendapati wajah Ryota yang terlelap damai di sisinya. "Dia lagi dia lagi. Pake tidur di ranjang gue pula …,” bisik Vio keki. Vio tidak tahu harus bersikap dan merasa seperti apa saat ini. Ia bingung. Belum lagi ketika menyadari dirinya terbangun dalam pelukan pria itu, tambah kacaulah kepala Vio. Ada perasaan jengkel dan lelah karena akhir-akhir ini Ryota jadi sering muncul tanpa peringatan di apartemennya. Diundang tidak, diajak tidak, datang saja sesuka hati. Dimusuhi, ditanggapi judes, diperlakukan ketus, bahkan diusir, tetap saja masih kembali lagi dan lagi. Entah kebal entah bebal, Vio tidak tahu lagi. Namun, yang lebih konyol di atas semua kenyataan itu, Vio malah merasa tidak rela menjauh dan keluar dari pelukan Ryota. Ia