FWB : Insiden di Club malam

1234 Kata
Syera dan Nara sudah tiba di club yang mereka tuju. Saat ini keduanya telah memesan minuman dan bersiap akan turun ke lantai dansa. Suara musik yang menghentak-hentak bercampur dengan suara riuh orang-orang yang bergoyang di lantai dansa itu. Banyak pasangan yang saling bermesraan tanpa malu-malu. Raffa selalu mengingatkan Syera dan Nara untuk berhati-hati bila berada di tempat ini, bila pria itu tidak bersama mereka. “Jangan terima minuman dan berbicara dengan orang asing!” Itu pesan Raffa yang selalu diingatnya. “Raffa bakal ke sini, kan, Ra?” tanya Syera. Nara yang mendengar itu menanggapinya dengan anggukan sembari menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan musik Dj. “Sebentar lagi dia ke sini, kok, tenang aja.” Seorang pria dari meja bartender memperhatikan dua gadis yang sudah menjadi targetnya sejak tadi siang. Tepatnya salah satu gadis itu yang akan menjadi targetnya. Syera menyesap minuman berwarna biru yang mengandung mentol, seketika tenggorokannya terasa dingin. Nara masih asyik meliukkan tubuhnya mengikuti irama musik yang dimainkan oleh sang Dj. “Hai! Kita ketemu lagi di sini,” sapa Aldy, pria yang tadi siang bertemu dengan mereka di mall. “Dunia kayaknya emang beneran sempit banget, ya, Syer?” tanya Nara sarkas. “Mungkin udah jodoh gue, Ra, buat dekat sama temen lo ini,” kata Aldy percaya diri. Nara hanya memutar bola mata malas, sedangkan Syera tak menanggapi perkataan laki-laki itu lebih memilih fokus pada ponselnya. “Syera, mau turun ke bawah?” tanya Aldy. Syera menggeleng. Nara tertawa cekikikan, lalu berbisik di telinga laki-laki itu. “Lo butuh usaha keras buat dapetin hatinya dia,” bisik Nara, lalu mendorong tubuh Aldy menjauh darinya. “Gak, masalah. Gue pasti bisa menaklukan dia secepatnya,” ucap Aldy penuh dengan keyakinan. “I see!” Syera memilih membiarkan Nara dan lelaki itu mengobrol tanpa ingin ikut menimbrung. Raffa datang tak lama kemudian, dan bergabung dengan mereka. “Syera, jangan sampai kobam!” ujar Raffa mengingatkan adiknya. Syera hanya mengangguk. Raffa dan Nara turun ke lantai dansa bergabung dengan pasangan-pasangan lainnya yang bergoyang meliuk-liukan tubuh. Syera masih duduk di kursinya menikmati minuman yang dia pesan. Sementara Aldy masih setia di samping Syera, tapi gadis itu sama sekali tak mempedulikannya. “Syera, mau tambah lagi minumnya?” tanya Aldy begitu melihat gelas di tangan gadis itu telah habis. Syera melirik ke arah pria di sebelahnya, sebenarnya pemuda ini tampan dan bersih seperti seleranya, tapi entah mengapa dia merasa tidak tertarik. “Gak, makasih,” balas Syera langsung mengalihkan pandangannya ke arah lantai dansa yang di penuhi oleh para pasangan tengah menggerakkan tubuh seirama. “Mau gabung sama mereka?” tanya Aldy lagi menawarkan dan tak mau menyerah. Syara hanya menggelengkan kepalanya. Tak lama Aldy menuju ke bartender memesan minuman baru. Syera turun dari kursi hendak menuju toilet, langkahnya sedikit oleng padahal dia tidak mabuk. Mungkin suasana ruangan itu yang dipenuhi aroma alkohol, bau asap rokok, dan suara bising membuat kepalanya sedikit pusing. Tiba di toilet banyak suara aneh yang terdengar dari bilik-bilik yang ada di dalamnya, dia jadi merindukan Kavi. Syera pun buru-buru mencuci tangan dan membasuh wajahnya agar lebih fresh. Bergegas gadis itu keluar dari toilet, tetapi dia terkejut dengan seorang pria tinggi yang berdiri di depan pintu. Seperti sedang menunggunya kemudian Syera melewati pria itu. Namun, tangannya di tarik paksa. “Apa-apaan?!” teriak Syera. “Lepasin, Bodoh!” makinya lagi. Namun, pria itu tidak mendengar dan terus menarik tubuhnya ke lorong belakang toilet yang lumayan minim penerangan dan sangat sepi. Mata Syera terbelalak, dia tau kalau dirinya sedang dalam bahaya. Secepat kilat dia menggigit tangan pria itu. “Ah! Sialan!” pekik pria itu kesakitan. Syera berhasil melepaskan diri dari pria asing itu, dia mengerahkan tenaganya untuk berlari menjauh dari pria yang akan mencelakai dirinya. Akan tetapi, dia kesulitan berlari dengan heels yang dikenakannya, dengan cepat pria itu kembali berhasil mencekal tangan Syera. Gadis itu menjerit dan berteriak sembari memukul-mukul d**a pria itu dengan sekuat tenaganya. “Lepasin, Anjing! Lepasin!” “Diem! Kalo lu gak diem gua bisa perkosa lo dengan brutal abis itu gua bunuh!” ancam pria itu. Air mata Syera sudah menetes, tetapi dia tetap berusaha untuk melepaskan diri dari genggaman kuat pria itu. “Raffa!” teriak Syera putus asa. “Tolong!” Tiba-tiba pria itu tersungkur ke lantai, sementara Syera terperanjat dan buru-buru menjauh dari pria itu. Napasnya memburu. “b*****t!” maki pria itu bangkit berdiri lalu membalas pukulan pada seorang yang memukulnya tadi, tapi lelaki yang menolong Syera itu berhasil mengelak. “Lo kalo mau tidur sama cewek, minimal modal dikit lah, sewa kamar atau ajak ke rumah jangan bisanya cuma perkosa t'rus buang tinggalin. Gak ada attitude-nya banget jadi manusia. Cih!” kata lelaki yang baru saja berhasil memukul jatuh pria itu. “Banyak omong, b*****t!” Pria itu kembali melayangkan tinjunya dan perkelahian pun tak dapat dihindari. Syera yang terduduk di lantai menatap ngeri pada dua laki-laki yang tidak dikenalnya saling meninju satu sama lain. Laki-laki pertama yang mencoba mencelakai Syera terhuyung ke belakang dan menabrak tembok, lalu jatuh terjerembab di lantai dengan wajah penuh luka. Syera syok. “Kamu gak pa-pa?” tanya suara bariton yang berdiri di depan Syera. Gadis itu mendongak, menatap pria yang berhasil menumbangkan si pelaku yang hampir membuat Syera celaka. Pria itu mengulurkan tangan ke arah Syera. Syera pun meraih tangan itu, kemudian tubuhnya tertarik bangun. Tanpa diduga pria itu membuka jaket yang dikenakannya, lalu memberikan jaketnya pada Syera. “Pakai ini,” katanya. Syera pun tidak menolak, dan langsung mengenakan jaket milik pria itu. Syera akui pakaian yang dikenakannya memang terlalu terbuka dan pastinya mengundang aura negatif dari laki-laki yang memandangnya. “Terima kasih,” ucap Syera lirih. “Sama-sama.” Keduanya berjalan kembali ke dalam club meninggalkan lelaki asing itu sendiri meringkuk di atas lantai dingin. Syera akan langsung pulang begitu bertemu dengan Nara dan Raffa. “Um, bagaimana aku akan mengembalikan jaket ini?” tanya Syera ketika mereka hampir sampai di dalam club. Pria itu mengulurkan tangan kembali ke arah Syera. Syera pun membalasnya. “Satria. Kamu?” Pria itu memperkenalkan dirinya. “Syera.” “Oh, Syera,” ucap pria bernama Satria itu mengulang nama Syera. “Boleh aku save nomor kamu?” tanyanya. Syera sedikit ragu, dia tidak suka memberi nomor pribadinya ke pada orang yang tidak dikenalnya baik. Namun, dia kembali mengingat kejadian barusan, bila pria ini tidak datang mungkin dia akan berakhir mengenaskan. Syera mulai menyebutkan nomor ponselnya pada pria itu. “Sebentar,” kata Satria seraya mengeluarkan benda pipih dari saku celananya. “Oke, boleh ulangi?” Syera pun kembali menyebutkan nomornya, dan ponsel yang ada di dalam tas tangannya pun berdering. “Itu nomor aku,” ujar Satria memberitahu. “Oh, oke. Nanti aku save back,” sahut Syera. “Syera!” Suara panggilan nyaring membuat keduanya menoleh ke arah suara itu. Gadis itu terkejut dengan kehadiran Kavi di sini. Kavi tengah berjalan cepat menuju mereka. Syera takut kalau Kavi akan berpikir macam-macam tentang dirinya yang bersama dengan pria lain. “Kamu ke mana aja, aku cariin dari tadi?” tanya Kavi khawatir, lalu pandangan lelaki itu beralih pada pria di sebelah Syera. “Syera?!” “Itu gak seperti yang kamu pikir, Kav!” seru Syera marah. “Lalu ini apa?” tanya Kavi seraya menunjuk jaket yang dikenakan Syera. “Dia hampir dilecehkan, kalo lo mau tau.” Saking kesalnya Satria yang sejak tadi menyimak pun ikut membuka suara. Kavi tercengang. “Syera?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN