Malam itu, Caia terbaring di ranjang berukuran sedang penginapan yang sederhana, di mana aroma kayu tua berpadu dengan suara deburan ombak yang jauh. Kamar sederhana itu berbanding terbalik dengan kamarnya di apartemennya yang mewah. Ruangan itu hanya diterangi cahaya remang dari lampu luar balkon, menciptakan suasana tenang yang hampir menidurkan. Namun, meski tubuhnya lelah setelah seharian beraktivitas, pikirannya tidak bisa berhenti berputar. Ia menoleh ke arah Zeus, yang tidur di sofa yang terletak tepat di depannya. Pria itu tampak nyaman dalam tidurnya, dengan rambut gelap yang berantakan dan ekspresi damai di wajahnya. Caia baru mengenalnya beberapa jam yang lalu, tetapi aura misterius yang dimiliki Zeus berhasil menarik perhatiannya. Rasa ingin tahunya membara, dan dia