Setelah Elizabeth akhirnya pamit pulang dari apartemen Caia, suasana hening menyelimuti ruangan. Pintu tertutup di belakang mereka, meninggalkan sisa-sisa kehadiran sang nenek yang begitu mendominasi. Caia dan Zeus tetap terdiam untuk beberapa saat, mencerna semua yang baru saja terjadi. Terasa seakan gravitasi di ruangan itu meningkat, berbanding lurus dengan berat dengan beban yang kini harus mereka hadapi. Zeus dan Caia duduk kembali di sofa, melemparkan pandangannya ke arah jendela apartemen yang memandang ke kota. Tatapan Caia kosong, tetapi pikirannya penuh dengan kerumitan. Di sebelahnya, Zeus menatapnya dengan sorot mata yang sedikit lebih tenang—berbanding terbalik dengan keputusasaan bercampur frustrasi yang dirasakan oleh Caia. “Ini benar-benar di luar kendaliku,” Ca