Dalam temaram kamar yang menguapkan napas kerinduan, Liam menundukkan tubuhnya di atas belahan jiwanya—membungkam gelisah Kamari dengan cumbu yang tak menyisakan ruang untuk penolakan. Sentuhannya mengalir seperti aliran sungai liar di musim penghujan—mengusap, membelai, menelusuri lekuk-lekuk yang telah dikenalnya dengan hafal. Sekali lagi, tirai-tirai kesopanan luruh di antara mereka. Kamari, dengan napas teratur yang kian memburu, menyerah dalam diam. Tubuh mereka pun melebur, bersatu dalam peluh dan bara, larut dalam simfoni purba antara raga dan gairah yang membakar tanpa jeda. Bagian Atas Formulir Bagian Bawah Formulir Malam itu, Kamari tidak lagi ragu—ia menyambut Liam dengan tubuh yang terbuka, jiwa yang terbakar, dan gairah yang menyala tanpa malu. Jemarinya mencengkeram bahu k