Balqis menuruni tangga dengan langkah pelan, alisnya bertaut heran saat melihat ruang makan yang penuh. Semua anggota keluarganya sudah duduk rapi di meja makan, termasuk kakaknya dan sang istri—dua orang yang biasanya paling cepat berangkat di pagi hari. Padahal, ia sengaja menunggu waktu lebih siang agar bisa sarapan tanpa harus bertemu mereka. Pemandangan itu terasa janggal. Tidak biasanya suasana rumah seramai ini pada pagi hari. Apa ada yang spesial? Ulang tahun? Pengumuman penting? Atau sekadar kebetulan? Balqis berdiri sejenak di ambang pintu, menimbang-nimbang apakah ia harus masuk... atau kembali ke kamarnya saja. “Turun juga kamu, padahal Mama udah panggil kamu dari tadi,” tegur Deni. “Tidurnya terlalu pulas. Kayak kebo,” sahut Adinda. Balqis menghela napas panjang, mengecup