Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
.Yulia. Senyummu menawanku, tatapan matamu mengikatku. Lalu debaran dijantungku memberi isyarat bahwa kamu belahan jiwaku. . . “Akh, pelan-pelan Lia!” Rian menahan perih pada luka di siku tangannya yang baru di sadari terluka saat Lia melihatnya begitu mereka sudah berada di ruang kerja Lia. Lia berwajah datar tanpa senyum, Rian terus memerhatikan wajah tunangannya dengan posisi yang cukup dekat saat ini Lia masih membersihkan lukanya agar tak infeksi dengan air hangat setelahnya tangan lentiknya telaten memegang kapas, obat merah di teteskan dan menekan-nekan rata di setiap luka Rian. “Sssstt!” Rian kembali mendesis, sebenarnya Lia yakin Rian bisa saja menahan rasanya memang perih tapi tak seberapa, hanya sengaja melakukan itu untuk menarik perhatian Lia yang diam saja seja