Mereka akhirnya pergi makan ke warung bebek sinjay. Zia dan Wira memesan ayam, sedang Risman, Alshad, dan Shana memesan bebek. Mereka makan sambil mendengarkan obrolan antara Shana dan Zia yang selalu asik untuk disimak. "Paman bawa uang tidak?" Zia tiba-tiba bertanya pada Risman. "Bawa. Zia mau jajan?" Risman sudah tahu ke mana arah pertanyaan Zia. "Heum." Kepala Zia mengangguk. "Aduh, Moy. Kamu tidak kenyang sudah makan di sini." Shana menatap Zia heran. "Kenyang nasi. Masih muat untuk cemilan." Zia tertawa pelan. "Badan kecil, tapi makannya banyak." Shana menggerutu. "Ya tidak apa. Artinya yang Zia makan jadi otak, bukan cuma jadi darah dan daging. Makanya Zia itu culu dan pintar. Anak siapa dulu dong!" Zia bangga dengan dirinya sendiri. "Anaknya dua El!" Seru Shana. "B